429. Alam Pikiran

Viewed : 74 views

Narasi Taman Eden, mengisahkan si ular menggoda Hawa, membujuk untuk turut dengan alur pikirannya. Ini kisah yang siapa saja sudah maklum. Baik bagi ahli teologia maupun orang biasa-biasa, cerita itu sudah menjadi pengetahuan umum.

Bujuk rayu ini terjadi di alam logika, berkecambuk dengan adu argumentasinya. Apa yang tampak acap kali menjebak. Yang terlihat bisa jadi itu tipu muslihat. Tatkala hati mulai ragu, godaannya semakin maju (Kejadian 3:6). Akhirnya Hawa ambil tindakan yang berlawanan dengan perintah baku.

Bagaimanakah mungkin Hawa tergoda dengan melawan perintah-NYA? Bukankah peringatan itu begitu jelas nan tegas? “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kejadian 2:16,17)

Rasa-rasanya tidak mungkin salah tafsir, apalagi salah pikir. Perintah sederhana, siapa saja mudah mencerna. Semua boleh dimakan, kecuali buah pengetahuan. Ataukah memang si ular begitu cerdik memainkan kata-kata?

Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. (Kejadian 3:1).

Temuan puluhan ribu tablet tanah liat peradaban Mesopotamia kuno di wilayah Irak modern, telah memberi sudut pandang baru dalam memahami pasal-pasal pertama kitab Kejadian. Tablet tersebut mencatat mulai dari kisah bahtera Nuh, sastra dan puisi, hingga catatan sejarah, yang diperkirakan berasal dari era 3500 SM-2004 SM.

Dalam salah satu temuan itu, dikisahkan kerub sebagai penjaga tahta digambarkan sebagai ular dan naga. Bagi pembaca Israel kuno, ular di Taman Eden langsung dipahami sebagai makhluk adikodrati yang bertugas menjaga tahta-NYA. Jadi, itu bukan ular sekadar bagian dari dunia binatang.

Di era itu, trailler Taman Eden dimaknai sebagai pemberontakan makhluk dari anggota divine council, lingkaran dalam, ring-1. Si ular mbalelo seorang diri melawan Sang Ilahi, a supernatural rebellion. Si ular hendak merebut posisi tertinggi, bahkan ingin menduduki tahta Ilahi (Yesaya 14:13,14).

Dari penjaga tahta berambisi menjadi Sang Raja! Kitab Yehezkiel (28:13,14) juga mengisahkan pemberontakan makhluk tak kasat mata di Taman Eden. Dari Taman Eden sang kerub akhirnya ditendang, dari hadapan-NYA dibuang. Dari makhluk ciptaan bernafsu menjadi Sang Pencipta.

Tidaklah begitu saja di kitab Kejadian pasal 3, si ular langsung disebutkan sebagai makhluk sangat cerdik yang akhirnya licik! Sejak awal sudah diperingatkan! Kalau bukan untuk daku dan dikau untuk siapa lagi catatan itu ditujukan?

Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya. (2 Korintus 11:3)

Ribuan tahun kemudian, strateginya masih sama. Ini permainan di alam pikiran untuk merenggut cinta Adinda. Bolehlah dikata, ini ributan cinta, mengalihkan kasih setia bukan lagi kepada diri-NYA!

Permainan si ular semakin lihai. Bukankah sudah ribuan tahun ini dia menyaksikan tingkah pola manusia yang membuatnya bertambah piawai? Dari peradaban kuda gigit besi hingga di era sekarang ini, dia menyaksikan apa yang terjadi. Kelicikannya tak tertandingi!

The main obstacle to love for GOD is service for GOD (Henri Nouwen).

Adu argumentasi bahwa DIA tidak ada (ateisme) cukup vulgar untuk dikenali sejak dini, siapa di belakangnya. Namun, kerinduan untuk melayani-NYA sebagai penghambat utama untuk mencintai-NYA, menjadikan siapa saja yang getol membela-NYA harus waspada. Ini perangkap tiada duanya.

Besar kemungkinan daku bisa tergelincir menjadikan doktrin, ritual, denominasi gereja, bahkan pelayanan tuan yang disembah! Tak kusadari, DIA tersingkir di pojok, sementara daku bersorak-sorai merasa sedang memuji-NYA (Matius 15:8,9). Begitu halus nan senyap strategi menggodanya. Setali tiga uang dengan Hawa. Aaahhh, loyalitasku berubah dari DIA ke yang lainnya..😭

Jangan membela mati-matian aliran teologia, berjuang habis-habisan menjaga doktrin. Sampai-sampai tidak lagi tegor sapa dengan yang beda gereja, apalagi Saudara. Cintai DIA, kasihi sesama, berkati yang membenci! Maka Adinda akan terlepas dari tipu dayanya! (nsm).

NSM adalah seorang awam yang bak musafir yang senantiasa merindukan Air Hidup di padang pasir nan tandus walau hanya setetes.


Telah terbit buku “Misteri Romantika Ilahi“,”Divine Love Story” dan “The Great Dance of Divine Love” karya NSM

Renungan Lainnya :

Comments

comments