160.’Cinta Usang’

Viewed : 570 views

Sahabat! Ada yang mengatakan peristiwa di Eden sebagai tragedi kehidupan. Itu menjadi sumber bencana dalam peradaban. Akar dari segala kemalangan. Kesengsaraan. Kesusahan. Penderitaan. Tangisan. Kesalahpahaman. Perpecahan. Permusuhan. Peperangan. Sakit yang tak tersembuhkan.

Yang unjung-ujungnya. Pada akhirnya. Semuanya akan menuju kematian! Itu tak terelakkan. Tak terhindarkan. Dunia orang mati tak akan pernah berkata: ‘Maaf, sudah cukup! Terima kasih.’ Sebaliknya, ia akan terus menuntut. Mendesak. Meronta. Dan berteriak: ‘Mana lagi. Mana lagi. Dan lagi.’ Adam dan Hawa mengalami. Aku dan dikau tak terkecuali. Dan itu tidak akan pernah henti. Siang malam hingga nanti.

Dunia orang mati, …tidak pernah berkata: “Cukup!” (Amsal 30:16)

Sebagian yang lain beranggapan kejadian itu suatu kegagalan. Banyak kekurangan dalam tahap angan-angan. Cacat dalam rancangan. Rencana yang berantakan. Ketidaksempurnaan. Kalah dalam pelaksanaan. Itu menuntun mereka kepada pilihan. Alternatif bahwa itu semua terjadi secara kebetulan.

Puncaknya dalam masa-masa era pencerahan ( the Enlightenment). Allah digantikan oleh ilmu pengetahuan. Semesta ini dikendalikan oleh hukum alam. Dan dengan jumawa mengatakan: ‘philosophy dan ilmu pengetahuan. Itu cukup menjelaskan. Segala sesuatu yang diperlukan.’ Lengkaplah ketika Friedrich Nietzsche menyimpulkan. Lantang mengatakan: ’God is Dead’ (or Gott ist tot, in German).’ Allah tak lagi dibutuhkan. Dia diabaikan. Dan Dia diam.

Kata orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas: “Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!, ” itulah seluruh pikirannya. (Mazmur 10:4)

The Message: The wicked snub GOD, their noses stuck high in the air. Their graffiti are scrawled on the walls: “Catch us if you can!” “God is dead.” (Terjemahan bebas: Orang fasik dengan sombong menghina-Nya. Dan ceroboh menantang-Nya: ‘Ayo, lakukan sesuatu kalau memang Engkau ada!’ ‘Betul ‘kan, Allah tidak ada!’)

Masih ada yang lain lagi. Ini kelompok yang tidak sedikit. Semakin banyak saja kaum mellinial yang tertarik. Pola pikir yang tak peduli. Tak ambil pusing apa yang terjadi. Entahkah peristiwa Eden itu sungguh-sungguh ada. Ataukah hanya sekedar legenda. Ceritera isapan jempol belaka. ‘EGP! (emangnya gua pikirin)’

Klimaksnya, mereka hidup semata-mata hanya untuk kini. Tak ambil pusing untuk hal-hal yang nanti. Semuanya ingin serba instan dan pasti. Nikmati semua apa yang ada di hati. Karena besok akan mati! Yang lainnya ‘gimana’ nanti. Dan kalaupun beribadah, itu hanya basa basi. Agama diplintir menjadi keuntungan pribadi. Bahkan doapun dimanipulasi. Allah dikadali. Semua demi kenikmatan duniawi.

Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi. (Filipi 3:19)

The Message: But easy street is a dead-end street. Those who live there make their bellies their gods; belches are their praise; all they can think of is their appetites. (Terjemahan bebas: Jalan EGP itu memabukkan. Mereka yang lewat terperangkap seputar kenikmatan. Memuaskan selera makan. Ya, sekitar perutlah. Wisata kuliner adalah idaman. Pikiran hanya tertuju untuk mencicipi yang belum pernah dimakan.)

Wow wow wow! Alkitab berkata lain. Kejadian di Taman Sorga itu bukan main-main. Itu serius mematikan. Siapa sangka. Tak diduga. Di luar pikiran banyak tokoh agama. Sang Pencipta, Allah Yang Maha Esa. Dia menyebutnya itu suatu pengkhianatan cinta (Hosea 6:7). Bak ’ sekali lancung ke ujian,’ seumur hidup orang tak percaya. Sekali untuk selamanya.

Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus. (2 Korintus 11:2)

Ini masalah tunangan. Ikatan perkawinan. Kepercayaan. Aaahhh, aku dan dikau berbuat busuk kepada pasangan. Berubah setia. Tak dapat dipercaya. Tak memegang kata. Penyelewengan. Perselingkuhan. Dan Allah jadi korban! Dia dipersalahkan. Dan Dia diam.

Mengembalikan hubungan yang dicederai karena pengkhianatan. Menyalakan kembali api cinta yang telah lama padam karena perselingkuhan. Menghidupkan kembali rindu yang telah sendu. Cinta telah usang. Romantika telah hilang. Cinta-Nya yang tulus dibuang. Mungkinkah bisa terdengar kembali kata: ‘sayang’?

Bisa jadi itulah kisah kemanusian. Ceritera keseluruhan kitab Kejadian. Bahkan hingga kitab Wahyu sampai pasal penghabisan.

Ups! Pantesan. Pengalaman memberitahukan. Mengembalikan cinta karena perselingkuhan. Itu tidaklah semudah membalik tangan. Banyak pasangan ambil jalan mematikan. Lebih memilih berpisah daripada was-was dan hati sakit-sakitan. Bukankah itu dikau dapat rasakan. Betapa sakitnya, pasangan serong dengan yang lain.

Boleh jadi, itulah gambaran. Betapa seriusnya peristiwa di Eden. Aku dan dikau serta semua handaitaulan. Seluruhnya telah kehilangan. Sirnanya cinta yang semula jadi. Lenyapnya jati diri. Masing-masing aku dan dikau mengambil jalannya sendiri.

Jalan EGP, jalan seputar selera makan. Wajar kalau akan banyak kejutan. Masihkah ada harapan? Cinta usang. Itu bagai cinta layu sebelum berkembang. Selamat jalan! Moga selamat sampai tujuan. Menemukan cinta sejati bak di pasal 1 & 2 kitab Kejadian. (nsm)

NSM adalah seorang awam yang bak musafir yang senantiasa merindukan Air Hidup di padang pasir nan tandus walau hanya setetes.


Telah terbit buku “Misteri Romantika Ilahi” karya NSM

Image by pasja1000 on Pixabay

Comments

comments