161. ’Simple Love’

Viewed : 932 views

Sahabat! Penciptaan manusia itu dengan cinta, dalam cinta, dan untuk cinta. Tindakan Allah semuanya didasari dengan cinta (Efesus 1:5). Segala sesuatu ada itupun karena cinta-Nya. Tak ada satupun tindakan-Nya yang tidak berdasarkan cinta. Dia adalah sumber dari segala cinta.

God is Love. (1 Yohanes 4:8, NIV)

Tak terbayang Allah bertindak di luar jati diri-Nya. Karena Dia tak mungkin berbuat melawan diri-Nya. Apalagi Ia berperan bukan sebagai diri-Nya. Jauhlah dari kebenaran, Allah mencipta karena ingin dikau celaka. Apalagi agar dikau tersiksa. Mustahil Sang Maha Kasih berkehendak agar dikau binasa.

God is Love. (1 Yohanes 4:16, NKJV)

So, tepatlah dikatakan penciptaan manusia itu adalah ekspresi cinta. Sang Cinta dalam relasi fisik Adam dan Hawa. Alkitab adalah buku kisah asmara, antara manusia dengan Sang Pencipta. Jika demikian, maka peristiwa Eden adalah romantika cinta. Drama ketulusan manusai dalam memegang kata. Karena sejatinya, cinta itu kepercayaan dan kesetiaan.

Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya. (2 Korintus 11:3)

The Message: And now I’m afraid that exactly as the Snake seduced Eve with his smooth patter, you are being lured away from the simple purity of your love for Christ. (Terjemahan bebas: Dan sekarang saya was-was bahwa persis seperti ular merayu Hawa dengan tipuan mautnya, dikaupun dapat juga terpikat dengan menjauh dari kemurnian cinta sederhanamu kepada Kristus).

Ups! Betapa mudah aku terperangkap. Cinta murni sederhana menjadi ruwet tak terkata. Hati-hati dikau jangan sampai tertangkap. Terkurung dalam ritual agama. Terkungkung dalam dogma. Waspada, hindari tersekap. Terjebak fatwa para tokoh cendikia. Liturgi dari dulu diterima begitu saja. Tak lagi bertanya. Dianggap itu semua sudah seharusnya begitu adanya. Cinta sederhana menjadi sulit tak terkira.

Gawat!

Cinta berubah jadi aturan-aturan. Romantika berubah ujud ke urutan-urutan. Itu menjadi paket program. Paket kelas pelatihan. Aaahhh, itu cenderung menjadi kegiatan-kegiatan. Kadar cinta dikaitkan dengan pencapaian. Penilaian berdasarkan kedudukan. Status sosial kemasyarakatan dalam hirarki keagamaan. Tingkatan cinta kelas kaum awam hingga level gembala sidang. Kesetiaan hadir dalam ibadah mingguan. Kemampuan jumlah waktu yang dikorbankan. Ikut pelayanan. Setia gabung kelompok pemuridan. Dan tentu, kesetian dalam memenuhi hukum perpuluhan. Itulah yang menentukan tingkat cinta setiap insan.

Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran. (Hosea 6:6)

The Message: I’m after love that lasts, not more religion. I want you to know GOD, not go to more prayer meetings (Terjemahan bebas: Aku menginginkan cintamu yang sederhana, apa adanya. Bukan cinta yang dibuat-buat bak ekspresi berbagai ritual agama. Aku rindu dikau mengenal Cinta-Ku. Bukan ikuti kegiatan-kegiatan rohani yang tak ada ujungnya).

Simple Love! Cinta sederhana. Dari hati, apa adanya. Sejatinya, bukankah itu yang namanya ‘cinta’?

Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. (1 Yohanes 4:8)

The Message: The person who refuses to love doesn’t know the first thing about God, because God is love—so you can’t know him if you don’t love. (Terjemahan bebas: Orang yang menolak untuk mengasihi sesama tidak tahu apa-apa tentang Tuhan, karena God is love, jadi dikau tak dapat mengenal-Nya jika dikau tidak mengasihi).

Wah wah wah! Lupakan more religion. Mulai mengasihi sesama. Pikir dua kali untuk hadir di more prayer meetings. Segeralah perhatikan mereka yang berkekurangan. Pegang kata. Tetapi janji. Senantiasa terbuka ‘pintu maaf.’ Bukankah itu namanya cinta? Harumnya lebih dari korban sembelihan. Lebih semerbak dari perpuluhan. Apalagi ibadah mingguan.

Simple love. Cinta dari hati. Muncul dari nurani. Tulus. Sejati. Dan apa adanya. Bukankah itu yang namanya mengenal Sang Cinta?

Apa? Mengenal Allah artinya sesederhana mengasihi sesama? Masyaallah! Cintaku masih seputar ritual agama. Jauh dari mengenal Sang Kuasa.

Terjebak sekitar diskusi Sabda Ilahi. Khotbah sana sini. Sibuk urus kegiatan itu dan ini. Mengejar jenjang rohani. Itu prestasi yang dicari-cari. Sayang, itu bukan yang Dia ingini.

Aaahhh! Cintaku baru level basa basi. Terpaut kepada kegiatan-kegiatan rohani. Jauh dari mencintai Sang Ilahi.

Yang ‘bener’? Mengenal Dia artinya mencintai saudara saudari? Ke sesama tak ada hati. Bagaimana Tuhan saya cintai?

Dikau bisa saja ahli Kitab Suci. Hadir di berbagai persekutuan itu ini. Mumpuni debat teologi. Termasuk kelompok elite rohani.

Akan tetapi? Kanan kiri tak peduli. Tak ada hati. Jauh dari iba dan empati. Dan merasa mengasihi Sang Ilahi. Bisa-bisa saya menipu diri sendiri.

Masihkah ada yang menyadari? Kenyataan yang menyesakkan ini! (nsm).

NSM adalah seorang awam yang bak musafir yang senantiasa merindukan Air Hidup di padang pasir nan tandus walau hanya setetes.


Telah terbit buku “Misteri Romantika Ilahi” karya NSM

Image by Bess-Hamiti on Pixabay

Renungan Lainnya :

Comments

comments