Menghargai Profesi

Viewed : 135 views

Siang ini kami dapat pemahaman baru mengenai talenta. Saat Ribka lagi mendengarkan podcast mengenai parenting. Lagi bahas mengenai potensi anak. Narasumbernya mengaitkan potensi anak dengan perumpaan mengenai talenta.

Matius 25:15
Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.

Kenapa dalam perumpamaan ini diberikan talenta dalam jumlah yang berbeda? Apakah tuan yang memberikan talenta ini tidak adil? Atau ada pilih kasih dalam pemberian jumlah talenta ini?

Ternyata tuan yang memberikan ini tahu kemampuan/potensi dari masing-masing hambanya. Dia sudah pasti mengukur sejauh mana kemampuan dari hambanya. Nah, bagaimana hasil dari pemberian talenta ini?

Yang mendapat 5 talenta menghasilkan 5 talenta lagi, 2 talenta juga menghasilkan 2 talenta lagi. Sedangkan yang 1 talenta tidak mau berusaha. Malahan mencari alasan dengan menyalahkan tuannya tidak adil karena cuma dikasih 1 talenta. Ini adalah cara pintas membela diri dari kemalasan 😅.

Ternyata walaupun talenta yang dihasilkan jumlahnya berbeda, pujian/apresiasi yang diberikan tuan ini sama. Beda kasus untuk yang mendapatkan 1 talenta. Tuan ini sangat kecewa dengan yang mendapatkan 1 talenta ini.

Dari sini kami jadi mengerti bahwa Tuhan memberikan potensi yang berbeda untuk masing-masing orang. Kepada kami sekarang untuk menjadi tukang roti. Kepada orang yang kami temui menjadi pedagang telur, direktur, manajer, pedagang lumpia, konsultan bisnis, dan berbagai profesi lainnya.

Terkadang ada perasaan, “coba aku menjadi direktur, pasti aku….” atau beberapa pernyataan lain yang tidak mensyukuri profesi yang dijalankan sekarang.

Kebetulan yang membeli roti kami yang terakhir dalam jumlah banyak owner dari minyak Varash(seperti Kutus-kutus). Nah, karena ada kami sebagai tukang roti, mereka jadi terbantu saat mau mengadakan acara.

Jadi, Tuhan sangat mengerti menempatkan semua orang di profesinya masing-masing. Sekarang bagaimana cara menghargai profesi tersebut?

Dengan berusaha terus menjadi yang terbaik, belajar terus tanpa kenal lelah, bekerja keras karena Tuhan sangat menyukai orang yang bekerja keras, dan berusaha terus bagaimana talenta tersebut berlipat kembali.

Bang Denny pas kunjungan ke tempat kami bilang “tidak ada pilihan yang salah dari keputusan yang diambil. Ada maksud baik dari semuanya itu.” Perkataan abang ini melekat dan mempertahankan semangatku dalam pilihan kami menjadi tukang roti 😄.

Semangat terus di profesi kita masing-masing. Mari berkarya menghasilkan ‘talenta’ dari profesi kita.

Tuhan memberkati.

Denpasar,210823

Ian Bangun, Couplepreneur dengan istri di bidang Bakery dengan brand Memori Cake Bali. Dari jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Unpad dan sekarang jadi tukang roti. Di sela kesibukan baking dan mengurus anak masih sangat senang untuk menulis. Fokus menulis untuk menceritakan kebaikan Tuhan dari setiap proses kehidupan yang dialami.

Photo by Hathaipat K. on Unsplash

Renungan Lainnya :

Comments

comments