99. ‘Cinta Ini Membunuh-Ku!’

Viewed : 460 views

Sahabat! Dikau ada di dunia ini bukan karena kebetulan. Bukan pula karena peristiwa acak ataupun ‘silap mata’. Bukan! Dikau itu ciptaan urutan teratas, masterpiece, yang direncanakan secara detail dan akurat. Dikau telah ada dalam ‘Rencana Rahasia’ Allah jauh sebelum dunia ada. Tanpa dikau, rencana itu jadi ‘cacat’, tidak jalan ‘mulus’. Dikau itu kunci, yang utama, dalam kisah sorgawi tersebut. Dikau itu alur ceritera dan denyut jantung dari drama ilahi itu.

Long before He laid down earth’s foundations, He had us in mind, had settled on us as the focus of His love, (Efesus 1:4, The Message: Jauh sebelum Dia ciptakan dunia, dikau telah ada dalam pikiran-Nya, telah Dia tempatkan dikau menjadi pusat cinta-Nya.)

Dikau itu fokus cinta-Nya, seolah-olah tak ada lagi yang lainnya. Sepertinya, Dia tak ada lagi pekerjaan lain kecuali mencintai-mu! Serius? Aaahhh, hamba tahulah siapa awak ini. Payah! Itu too good to be true!

Ups! Tunggu dulu! 

Sebab setiap kali Aku menghardik [dikau], tak putus-putusnya Aku terkenang kepada[mu]; sebab itu hati-Ku terharu terhadap

[dikau]

; tak dapat tidak Aku akan menyayangi[mu], demikianlah firman Tuhan. (Yeremia 31:20)

Sobat! Itulah Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah-nya Yakub. Dikau dicintai karena siapa Dia, bukan apa yang dikau lakukan. Cinta-Nya membuat Dia ‘gelisah’ untuk tidak bisa tidak mencintaimu. Cinta-Nya kepadamu itu utuh, bulat tak terbagi-bagi, hingga dalam keabadian. Demikian Allah cinta dikau se-lama-lamanya.

Kau hancurkan [Aku] dengan sikapmu 
Tak sadarkah kau telah menyakakiti[Ku]                                               
Lelah hati ini meyakinkanmu                                                                      
Cinta ini membunuh[Ku] (d’Masiv)

Cinta acap kali membuat orang bertindak dan bersikap tidak wajar. Karena cinta Dia rela meninggalkan sorga. Karena cinta Sang Tak Terbatas menjadi lemah tak berdaya di palungan. Dia biarkan diri-Nya terhina dan dihina. Dia sabar dan diam ketika diolok-olok dan didera. Hati-Nya luka lebar, Dia sabar. Hati-Nya sakit merintih, Dia tahan tertati-tatih. Hati-Nya ngilu tersayat sembilu, Dia berderai pilu.

Lihat! Betapa melaratnya Dia. Tatap, betapa getir hati-Nya. Tempat untuk meletakkan kepala saja Dia tak punya (Lukas 9:58). Dia datang, Dia ditendang. Dia sapa, Dia dicela (Yohanes 1:10,11). Dia dimusuhi. Dia dijauhi. Seperti pesakitan di hadapan Jaksa KPK, Dia diadili lunglai tak berdaya. Setiap tuduhan menghujam ke jantung-Nya. Hingga akhirnya Dia dijatuhi hukuman mati secara semena-mena. 

Dia diam. Dia rela. Dia pasrah. Mengapa ya Tuhan? Mengapa ya Allah? Mengapa Sang Natal sedia mati? Karena cinta-Nya kepada dikau! Cinta ini telah membunuh-Nya. Hanya dikau seorang yang dapat menghentikan denyut nadi-Nya!

Hati-Nya ngilu! Dan aku masih merayakan Natal dengan cara seperti yang lalu-lalu! Aaahhh, aku seperti menari-nari di atas sakit hati-Nya. Semoga dikau tidak (nsm)

NSM adalah seorang awam yang bak musafir yang senantiasa merindukan Air Hidup di padang pasir nan tandus walau hanya setetes.


Telah terbit buku “Misteri Romantika Ilahi” karya NSM

Image by Johana Peña from Pixabay

Renungan Lainnya :

Comments

comments