419. Roads to Death

Viewed : 140 views

Dahaga akan hidup mandiri, menentukan nasib sendiri. Terlepas dari kendali ilahi, bahkan diam-diam menyelinap ambisi yang menguasai hati. Ingin mengatasi semua makhluk adi kodrati, bahkan hingga hendak setara dengan Sang Maha Tinggi (Yesaya 14:13).

Sebaliknya yang terjadi! Si ular, nachash (Iberani), terlempar ke bumi. ‘Dengan perutmulah engkau akan menjalar’ (Kejadian 3:14). Penggambaran yang pas bagi nasib si ular, di perut bumi dia terkapar.

Alih-alih si anointed guardian cherub (Yehezkiel 28:14, ESV) terbang tinggi, ke dunia mati dia pergi. Rayuan maut kepada Hawa: ’Sekali-kali kamu tidak akan mati’ (kejadian 3:4), sebaliknyalah yang terjadi. Tepatlah kalau dikatakan si ular akhirnya mendapat predikat sebagai penguasa alam kematian. Alam yang ditandai dengan ketidakhadiran Sumber Kehidupan.

”Sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kejadian 2:17). Mati, terputus dari sumber kehidupan, yaitu hadirat-NYA. Ancaman ini menjadi kenyataan, tatkala Adam Hawa diusir dari Taman Eden. Bukankah peristiwa yang sama juga di alami si ular, ditendang dari hadirat-NYA dengan kasar?

Bagian dari kitab Yesaya pasal 14 dan Yehezkeil pasal 28 melengkapi latar belakang trailer di Taman Sorga di pasal 3 kitab Kejadian. Bolehlah dikatakan kalau bagian dari pasal 14 dan 28 tersebut sebagai narasi purba tentang pemberontakan awal dari makhluk sorgawi.

Makhluk tak kasat mata yang pertama-tama memberontak, pengkhianat di Taman Eden, kelak akan dianggap sebagai the god of this world (2 Korintus 4:4, ESV). Pemberontakan seri pertama makhluk sorgawi, si ular, terbuang dari Dewan Musyawarah ilahi, bukit pertemuan (Yesaya 14:12-13).

Dunia orang mati yang di bawah gemetar untuk menyongsong kedatanganmu, (Yesaya 14:9).

Ke dunia orang matilah si ular dicampakkan. Dia menjadi penghuni pertama sekaligus lurahnya alam maut, alam kematian. Dunia orang mati (the realm of the dead, NIV; Sheol, ESV), yang daku dan mungkin juga dikau sebagai orang awam lebih mengenalnya dengan istilah neraka!

Wajarlah, sepanjang Alkitab kelak si ular dikaitkan dengan alam kematian. Semua jalan ataupun motif yang menuju kematian, roads to death, baik langsung ataupun tidak langsung, dikaitkan dengan ulah si ular.

You’re from your father, the Devil, and all you want to do is please him. He was a killer from the very start. (Yohanes 8: 44, M)

Dia pembunuh sejak awalnya, a killer from the very start! Kerinduannya, tidak lain dan tidak bukan, untuk merenggut nyawa daku dan dikau. Dalam sakit hatinya yang besar, dikau dapat saksikan manifestasinya dalam kehidupan. Bagaimana manusia semakin piawai, canggih, dan semakin masif dalam mencabut nyawa sesama.

Bahkan pembunuh pertama dalam narasi Alkitab, Kain, mendapat julukan sebagai keturunan si pengkhianat (1 Yohanes 3:11-12)! Jika DIA menginginkan kehidupan, sebaliknya si ular berambisi membinasakan.

Tak tahulah! Namun, si ular begitu antipati dengan semua yang direncanakan-NYA bagi daku dan dikau, dari dahulu hingga bahkan ke masa-masa yang akan datang. Dia begitu benci dengan rancangan damai sejahtera-NYA (Yeremia 29:11). Bak setinggi langit dari bumi, begitulah bedanya kerinduan-NYA dengan nafsu tak terkendali dari si penjahat sejati.

Jika demikian, dapatlah dimengerti cara pandang Alkitab. Jika semua motif yang bersifat kegelapan, yang akhirnya mengarah ke kematian, baik akibatnya langsung ataupun tidak langsung, itu dikaitkan dengan ambisi picik si ular (Roma 5:12).

Walau tidak tertulis secara eksplisit dalam kitab Kejadian pasal 3, seperti sakit penyakit, kekacauan, bahkan hingga bencana alam, itu semua dikaitkan dengan drama Taman Eden. Mengapa? Secara prinsip semua itu roads to death. Jalan daku dan dikau menuju ke alam kematian, the realm of the death. (nsm)

NSM adalah seorang awam yang bak musafir yang senantiasa merindukan Air Hidup di padang pasir nan tandus walau hanya setetes.


Telah terbit buku “Misteri Romantika Ilahi“,”Divine Love Story” dan “The Great Dance of Divine Love” karya NSM

Comments

comments