396. Pengetahuan Baik-Jahat

Viewed : 168 views

Sulit menduga, seperti apa hidup sebelum dosa menjelma. Bagaimanakah rasanya hidup di Taman Sorga tatkala belum ada adegan goda-menggoda? Sebelum dikenal tipu menipu, rayuan yang membuat hati pilu.

Tak ada air mata sedih, jauh dari momen-momen perih. Tawa ria terdengar di mana-mana, semua bersukacita. Tidak ada duka, apalagi isak tangis karena yang dicinta telah tiada. Tak perlu jauh berkelana karena semua kebutuhan serba ada.

Bekerja karena daku suka, itu bukan beban yang membuat jiwa merana. Kreatifitas bebas diekspresikan, talenta berkembang ke segala jurusan. Dengan cepat bumi dapat ditaklukkan, burung di udara, makhluk-makhluk di lautan pun segera dapat dijinakkan.

Adam Hawa dengan cepar berlipatganda karena sakit penyakit jauh dari peradaban. Tidak ada peperangan, tidak dikenal batas antar negara, agama pun tidak diperlukan. Bumi tidak berlama-lama segera dapat dipenuhi, itu sebagai mandat ilahi (Kejadian 1:28).

Hubungan sesama bak saudara bersaudara, hidup rukun layaknya di surga. Dengan siapa saja dapat duduk bersama, saling tenggang rasa, semua memikirkan kebaikan bersama. Singkatnya, gemah ripah loh jinawi, hidup sejahtera, makmur nan sentosa bak di surga menjelma di dunia.

Mengapakah demikian adanya? Kemungkinan karena belum dikenal apa itu rasa bersalah, jauh dari wabah, apalagi pertumpahan darah. Tidak ada dengki, apalagi iri. Bebas dari jumawa, semua dianggap setara dan sama. Hati jernih nan bening, motivasi murni, pikiran pun suci jauh dari niat-niat tersembunyi.

Berfirmanlah TUHAN Allah: “Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; (Kejadian 3:22)

Penyataan dalam ayat ini, memunculkan berbagai arti. Daku dan dikau bebas menafsirkan sendiri, tidak ada yang akan peduli. Setelah Adam Hawa jatuh ke pelukan si ular, semua bebas ambil jalan bak semua ada di alam liar.

Status baru dari manusia, mengetahui perkara yang baik dan juga yang jahat! Kemampuan yang sepintas terlihat hebat, namun ujungnya itu sikap yang bejat. Pengetahuan itu sejatinya bukanlah untuk umat, sejak semula manusia diinginkan lepas dari pengetahuan yang membuatnya tersesat.

Godaan mempunyai pengetahuan tentang baik-jahat menjadi godaan yang dikira Hawa akan mendapat berkat, yang tidak tahunya berujung laknat (Kejadian 3:5). Jika diperhatikan lebih dekat, dalam ayat tersebut ada dua kata elohim, yang dalam terjemahan bahasa Indonesia dua-duanya diterjemahkan Allah.

Dalam konteks dewan musyawarah ilahi, bisa jadi, kata elohim ke dua berarti DIA dan anggota dewan. Sebagai mana juga dalam Mazmur 82: 1, kata elohim yang ke dua -karena kaidah tata bahasa- menunjuk kepada kata kerja untuk subyek jamak, anggota dewan.

Pengertian ini bersesuaian dengan Mazmur 8: 5 Yet you have made him a little lower than the heavenly beings and crowned him with glory and honor. Bahwa manuisa hampir sama dengan anggota dewan, heavenly beings, elohim, atau dalam istilah Perjanjian Baru lebih sering disebut sebagai malaikat (lihat juga Iberani 2:7). Tentu daku dan dikau amat amat sangat jauh berbeda level dengan Sang Pencipta.

Dapatlah dimaklumi, kemungkinan besar setelah Adam Hawa tergoda, mereka menjadi sama dengan makhluk-makhluk sorgawi secara moral karena juga memiliki kehendak bebas, kemampuan akhlak untuk bertanggungjawab atas perbuatan.

So, sebelum tahu yang baik dan yang jahat, Adam Hawa kudus di hadapan-NYA. Mereka sama sekali belum pernah melihat contoh tindakan untuk melawan DIA. Dengan bahasa lain, Adam Hawa tidak dapat dituntut secara moral atas semua tindakan.

Bak seperti balita, kalaupun karena tidakannya secuil ada yang terluka. Lalu itu diperkarakan, maka di pengadilan dia akan dibebaskan! Mengapa? Karena secara moral si balita belum tahu yang baik dan yang jahat. Begitukah? (nsm)

NSM adalah seorang awam yang bak musafir yang senantiasa merindukan Air Hidup di padang pasir nan tandus walau hanya setetes.


Telah terbit buku “Misteri Romantika Ilahi“,”Divine Love Story” dan “The Great Dance of Divine Love” karya NSM

Comments

comments