290. The Dark Nights

Viewed : 366 views

Mulanya, si Corona dianggap sebagai gelaja alam biasa. Itu layaknya seperti virus influensa, yang hampir 100 tahun lalu mengila, dan kini itu kembali menyerang manusia. Ini bak perputaran musiman 100 tahunan, yang dulu-dulu muncul lagi kepermuakaan. Nanti juga pelan-pelan, itu akan hilang dari ingatan.

Akan tetapi, terasa wabah ini unik sekali. Apakah itu karena kemajuan teknologi, ataukah karena manusia seglobal mengalami? Lebih dari 7 milyar manusia di bumi, tidak ada yang terkecuali, serentak semua disikat pandemi. Peristiwa tangis di benua sana, hanya dalam hitungan sekejab terdengar di sini. Tidak ada yang tersembunyi. Inikah yang membuat pengalaman pandemi sangat istimewa bagi setiap pribadi?

Walau si Corona melibas manusia sejagat, namun sejatinya dalam tataran individu yang disikat. Pengalaman masyarakat global, namun sangat bersifat individual. Bersama-sama menghadapi, namun tetap bergantung kepada diri sendiri. Walau semuanya ditimpa bala, namun kecemasan menghampiri jiwa demi jiwa!

Bagaimanakah mungkin tidak timbul pertanyaan dalam hati jema’at, jika hanya dalam hitungan bulan adat istiadat tidak lagi diingat? Kebiasaan ratusan tahun dalam beribadah, di hadapan si virus menyerah. Ritual ibadah, kebiasaan dalam menyembah, rutinitas bertemu belajar Firman Allah, sekarang semua bak digiring memasuki padang gelap tanpa arah.

Pelan tapi pasti, umat tengah digiring keluar dari kebiasaan ratusan tahun. Adat istiadat yang selama ini sudah begitu melekat, bahkan mengikuti itu sudah dianggap sinyal kuat, bahwa dikau ataupun daku sebagai seorang yang taat. Sekarang itu sekonyong-konyong tidak ada lagi, jema’at jadi grogi.

Lalu Musa mengulurkan tangannya ke langit dan datanglah gelap gulita di seluruh tanah Mesir selama tiga hari. (Keluaran 10:22)

Bagai pengalaman umat di era kepemimpinan Musa, kala siang hari tiba-tiba menjadi gelap gulita. Elite rohani sama saja dengan jema’at biasa, semua hanya bisa meraba-raba. Bagaimanakah semua ini akan berakhir di muka? Apakah akan timbul yang baru, bertahankah yang lama, ataukah yang lama berubah rupa? Semuanya juga hanya dalam taraf sangka-menyangka.

The Dark Nights, pengalaman rohani umat percaya, kala memasuki masa serba tak nyana. Keluar dari kebiasaan, lantas menuju negeri penuh ketidakpastian. Perkara yang lama, pelan-pelan mulai sedang ditinggalkan. Terlepas dari ikatan, menuju padang gelap gulita kehidupan.

Hati-hati dengan jebakan, perangkap sepanjang perjalanan. Kiri kanan menawarkan, jalan keluar dari kegelapan. Waspada dengan perangkap sejak dulu kala, rayuan maut untuk kembali ke itu-itu saja. Bukankah di era wabah, umat sesungguhnya tengah diajar untuk tinggalkan yang sudah-sudah?

Di tengah-tengah gelap gulitanya perjalanan spritual, apakah Allah hendak berpekara dengan setiap individual? Adakah yang ingin DIA sampaikan kepada setiap insan di era ketidakpastian? Paling tidak bagi dikau dan daku, secara pribadi bermunculan pertanyaan dalam kalbu. Apalagi, jika si virus sempat singgah di diri sendiri.

sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai. (Mazmur 30:6)

Gelap gulita seharian, isak tangis sepanjang jalan. Pandemi yang mencekam, semua dikurung dalam kelamnya malam. Baik golongan elite rohaniawan maupun kaum awam, semua ditimpa kebingungan. Tidak ada yang cukup berpengetahuan, untuk mengira-ngira apa yang ada di depan.

Ayolah terus jalan, walau ujungnya masih belum kelihatan. Malam tidak akan selamanya bertahan. Masih ada harapan, menjelang pagi semua akan kelihatan. Setelah gelap, era ketidakpastian akan lenyap. Sesuatu yang baru sedang datang, era pasca-pandemi sudah mulai dapat dipandang.

Untuk berubah, DIA membawa dikau dan daku melalui lembah. Perjalanan keluar dari kebiasaan, itu untuk merubah yang ‘di dalam’. Mungkinkah umat tengah memasuki babak baru dalam berelasi dengan TUHAN? (nsm)

NSM adalah seorang awam yang bak musafir yang senantiasa merindukan Air Hidup di padang pasir nan tandus walau hanya setetes.


Telah terbit buku “Misteri Romantika Ilahi” dan “Divine Love Story” karya NSM

Renungan Lainnya :

Comments

comments