162.’A Lucifer Fall!’

Viewed : 667 views

Aku dan dikau itu hasil karya cinta. Setiap kepribadian terbentuk dengan sentuhan mesra. Tiap-tiap tikungan perjalanan hidup bagian dari romantika. Waktu merangkai semuanya untuk mewujudkan karya renjana. Adakah yang dirindukan dari dikau selain asmara?

Simple love. Cinta sederhana. Itu bak setulus cinta anak remaja. Polos. Putih. Bersih. Cinta yang apa adanya. Tidak hasil rekayasa. Apa lagi terjadi karena dianggap masuk logika. Simple love, hangat dan bergairah bak cinta pertama. Itu menggenggam jiwa. Muncul dari hati. Melingkupi seluruh sanubari.

Cinta sederhana. Cinta beraroma kerelaan. Tak dikenal unsur paksaan. Apa saja siap dikerjakan. Samudera luas diseberangi. Gunung tinggi didaki. Tak ada yang dapat merintangi. Itu dilakukan tanpa keluhan. Selalu mencari kesempatan. Kesempitanpun dapat dimanfaatkan. Semuanya agar sang kekasih senyum bahagia. Jerih payah segera terlupan. Tak berharap balasan. Apalagi menuntut imbalan. Asal kekasih hati senang selamanya. Bukankah itu yang terjadi bagi yang lagi jatuh cinta?

Namun, entah bagaimana?

I’m after love that lasts, not more religion. I want you to know GOD, not go to more prayer meetings. (Hosea 6:6, The Message)

Terjemahan bebas: Aku menginginkan cintamu yang sederhana, apa adanya. Bukan cinta yang dibuat-buat bak ekspresi berbagai ritual agama. Aku rindu dikau mengenal Cinta-Ku. Bukan ikuti kegiatan-kegiatan rohani yang tak ada ujungnya.

Cinta telah menjelma menjadi aturan-aturan agama. Asmara berubah menjadi doktrin dan dogma. Romantika beralih rupa menjadi kegiatan tanpa jiwa. Kemesraan ambil bentuk kegiatan-kegiatan tanpa makna. Memberatkan. Membosankan. Kehilangan hangat dan gairah. Bak lantera menjadi redup. Dingin. Kaku. Dan sekarat. Ini gawat!

Alkitab tinggal bahan diskusi. Materi pemuridan masa kini. Dibaca rutin setiap pagi. Itu hanya sebagai syarat untuk diikuti. Agar termasuk bilangan umat yang bertumbuh secara rohani.

Itu belum bak harta karun yang diidam-idamkan. Pesan ilahi yang dicari-cari. Apalagi kabar gembira yang dinant-nanti. Belum sampai bak surat dari kekasihi hati. Surat seromantis lagu ‘Sealed With a Kiss’ (Jason Donovan). Itu jauh dari bak surat cinta yang dirindukan. Seakan rindu setengah mati dengar kabar dari kekasih hati. Belahan jiwa yang telah lama pergi. Jauh di rantau yang tak kembali-kembali. Serindu dalam lagu ’Please Mr. Postman’ (Carpenters).

Doa menjadi kata-kata sekenanya. Berhamburan dari mulut bak membaca daftar panjang belanja. Himpunan permintaan, permohonan, dan pergumulan yang tak ada habis-habisnya. Disampaikan dengan ucapan seadanya. Datar. Tanpa nada. Ritme tanpa gairah. Buru buru seperti tertinggal kereta. Lain kali, pelan dan panjang bak ceritera.

Aaahhh! Itu belum curhat-curhatan, ibarat kekasih yang lagi bermesra-mesraan. Pertalian kekasih yang saling jatuh cinta. Canda tawa sejoli yang lama tak jumpa. Ungkapan emosi dibungkus cinta sejati dari dua hati. Kadang sunyi. Tak ada suara. Namun saling mengerti. Bukankah sungguh nikmat berbagi hati dengan kekasih hati?

Allah cenderung abstrak. Dia samar-samar. Antara ada dan tiada. Imajiner dan maya. Secara kepercayaan, Dia ada dimana-mana. Akan tetapi lebih sering rasanya Dia tidak hadir dalam realita. Dia jauh nun di balik cakrawala. Duduk di sorga baka. Menatap ke bumi untuk melihat setiap manusia. Dan sering kali anggap Dia lebih konsern dengan aturan-aturan agama. Yang taat diberi pahala. Yang memenuhi syarat, masuk sorga. Sebaliknya? Celaka dan tempatnya di neraka.

Kapankah Dia dapat dilihat sebagai kekasih hati? Kekasih untuk dicintai! Teman berbagi. Curhat dari hati ke hati. Ngobrol sepanjang hari. Aaahhh, ini jauh sekali. Bilakah kesadaran ini menghampiri? Sehingga misteri romantika ilahi dapat dialami lagi. Ataukah yang begini hanya mimpi?

Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! (Wahyu 2: 4,5)

The Message: “But you walked away from your first love—why? What’s going on with you, anyway? Do you have any idea how far you’ve fallen? A Lucifer fall! (Terjemahan bebas: “Tapi dikau meninggalkan cinta pertamamu — Mengapa? Apa yang terjadi denganmu, sih? Apakah dikau tahu seberapa jauh kamu telah jatuh? A Lucifer fall!)

Simple love. First love. Cinta ini telah lama sirna. Hilang, pergi entah ke mana. Aku dapati tinggal kaidah-kaidah agama. Aturan yang mengikat manusia. Tata cara mencintai Sang Kuasa. Dan berduyunlah umat mengikut begitu saja. Lebih nyaman tutup mata. Tidak adakah yang cukup waras untuk bertanya? Apakah itu satu-satunya jalan menyapa Sang Pencipta? Yang tak sepaham, dianggap gila. Ini serius! Separah kejatuhan Lucifer! Yang bener?

Gawat! Ini darurat. Mohon, jangan hanya numpang lewat. Apalagi membaca cepat-cepat. Heninglah sesaat. Semoga Dia melawat. Mendatangi dikau dan semua kerabat. Jiwa yang penat kiranya kembali sehat. Cinta sederhana, itu yang Dia ingin dapat.

Cintaku baru sebatas cinta formal. Seputar acara seremonial. Cinta terbungkus taat ikut ritual-ritual. Jauh dari gairah. Bilakah datang kembali simple love? Cinta dari hati. Disertai emosi dan panasnya api. Asmara yang menggebu-gebu. Gelora jiwa yang tak lekang dilibas waktu. Mungkinkah itu terjadi lagi kepadaku? Aku tak tahu. Sejujurnya, hati ini rindu. Moga dikaupun begitu! (nsm)

NSM adalah seorang awam yang bak musafir yang senantiasa merindukan Air Hidup di padang pasir nan tandus walau hanya setetes.


Telah terbit buku “Misteri Romantika Ilahi” karya NSM

Image by darksouls1 on Pixabay

Renungan Lainnya :

Comments

comments