Sobat! Cinta itu ada di ‘hati’ dan tidak di logika. Namun, cintalah yang menginspirasi logika sehingga kreatif dan inovatif. Cinta membangkitkan energi yang sering melebihi kemampuan normal. Cinta itu membangkitkan gairah bagi semangat yang lesu. Cinta itu membuat hati bergelora, yang pendiam bisa jadi garang. Cinta itu menimbulkan antuisme bagi yang tadinya tak berpengharapan.
Bagi sejoli yang lagi kesengsem asmara, dunia terasa indah. Bulan dan matahari ingin rasanya terhenti di tempatnya. Supaya? Agar jarum jam yang panjang tak bergeser dari tempatnya. Untuk apa? Biar dapat lebih lama bercengkrama dengan jantung hatinya! Ngobrol tentang apa kok butuh waktu begitu lama? Aaahhh, kau seperti tak tahu rasanya jatuh cinta! Nada suaranya, kata yang keluar dari bibirnya, semuanya berpadu serasi membuat aku betah tinggal disisinya!
Hai dikau! Itu yang namanya jatuh cinta!
Untuk sejoli yang kenah panah amor, setiap hari matahari kurang cepat rasanya terbit di ufuk Timur. Mengapa? Supaya sesegera mungkin berjumpa dengan jantung hatinya. Untuk apa? Aaahhh, kau seperti tak tahu rasanya jatuh cinta! Wajahnya terbayang siang malam. Semua guratan, lekukan, bulu mata, alisnya begitu harmonis berpadu, tiada duanya. Seribu tahun pandang raut mukanya tak kan jemu-jemu. Apalagi senyumnya, aduhai! Lebih baik tak makan satu minggu asal bisa melihat wajahnya barang sedetik! Mati rasanya jika tak jumpa!
Hai dikau! Itu yang namanya jatuh cinta!
Dikau tak tahu seperti apa rasanya, hasian Dikau tak tahu seperti apa rasanya Jatuh cinta kepada Adinda Jatuh cinta kepada Adinda (Bee Gees, To Love Somebody, terjemahan bebas)
Cinta sulit dipahami. Cinta itu gelap bagi akal, tapi terang bagi hati. Sering kali cinta itu dilematis. Cinta itu problematis. Cinta mendatangkan bencana. Cinta itu membuat runyam hidup!
Cinta dapat membuat Simson gagah perkasa takluk tak berdaya, lumpuh, di pangkuan si jelita, Delila (Hakim Hakim 16). Julius Caesar (100 BC–44 BC) sang jenderal, panglima perang Romawi bak kapas terbang melayang-layang tekuk lutut pasrah dipelukan lemah gemulai tangan Cleopatra. Dan dan dan karena cinta, Sang Cinta diolok-olok tergantung lelah tak berdaya mati di tiang gantung! Kok Bisa?
Hai dikau! Itu yang namanya jatuh cinta!
Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku… (Yohanes 17:24)
Rindu berada bersama-sama dan senantiasa ada di sisi kekasih-Nya.
Hai dikau! Itu yang namanya jatuh cinta!
Tetap dekat di samping Adinda, adalah rindu dendam-Nya. Ooo, betapa romantisnya. Saling memandang. Ooo, alangkah mesranya! Hai Adinda, jantung hati-Nya, kekasih-Nya, penganten-Nya, yaaa itu dikau! Senantiasa dahaga, rindu, gelisah untuk bersua. Tak jemu bertemu. Tak bosan memandang. Tak jenuh ngobrol, walau 1 tahun, 1.000 tahun, bahkan hingga dalam keabadian!
Hai dikau! Dapatkah kau rasakan denyut debar cinta-Nya? (nsm)
![]() |
NSM adalah seorang awam yang bak musafir yang senantiasa merindukan Air Hidup di padang pasir nan tandus walau hanya setetes.
Telah terbit buku “Misteri Romantika Ilahi” karya NSM |
Image by kai kalhh from Pixabay