79. ‘By Love, In Love, And For Love’

Viewed : 541 views

Guys! Ikuti serial film kung fu Jet Li ‘Once Upon a Time in China’? Sesuai dengan judulnya: ‘Dahulu Kala Di China.’ Mengapa dikatakan ‘dahulu kala’? Tentu karena itu tak dapat dipastikan kapan terjadi karena memang itu hanya karangan, imajinasi penulis naskah! Tentu sudah dapat ditebak itu adalah ceritera dongeng, khayalan, rawi, hikayat ataupun legenda. Miriplah dengan kata ataupun kalimat pendahulu seperti: Alkisah, pada suatu masa, syahdan, dan lain lain. Herannya, Alkitab justru dimulai dengan kata/ kalimat senada seperti itu!

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. (Kejadian 1:1)

Namun, sebelum ‘pada mulanya’, ada yang lebih ‘awal’ lagi!

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. (Yohanes 1:1)

Sebelum ada ‘mulanya’ sudah ada Firman. Dan Firman itu adalah Allah! Allah adalah awal dari segala sesuatu. Ceriteranya dimulai dari diri Allah itu sendiri. Allah Tri Tunggal Yang Maha Kudus dalam hubungan hormonis sempurna. Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:8). Allah tak perlu menciptakan sesuatu agar Dia dapat mengasihinya karena di dalam Diri-Nya kasih itu terjadi. (Frederick Buechner).

sebab Engkau [BAPA] telah mengasihi Aku [SANG FIRMAN] sebelum dunia dijadikan. (Yohanes 17:24)

Ini kisah ‘awal’nya. Kisah sebelum ada dunia, sebelum ada matahari, sebelum ada malaikat bahkan sebelum ada Lucifer! Maaf, maksudnya apa ya, gak nyambung! Sabar! Sila bacalah pelan-pelan di waktu hari yang sejuk ditemani secangkir wedang jahe. Wah sedap, apalagi dengan singkong goreng. Sejatinya, penulispun juga masih meraba-raba, sebab itu juga perlu pemikiran Sahabat. Walau tak mudah, tapi ini journey yang asyik. Tak ada yang lebih asyik selain memikirkan Allah!

Begini! Hidup kita ini ibarat nonton film terlambat 30 menit dari durasi 2 jam. Kita bingung. Ini adegan apa? Siapa orang-orang ini. Mengapa mereka menjerit-jerit? Nahas! Film itu tak dapat diputar lagi dari awal! Untuk tahu awalnya, rasanya perlu berimajinasi. Setuju? Wah wah wah. Fantasiku jadi melayang liar. Bagaimana film itu mulai? Siapa yang putar? Siapa yang buat naskahnya? Bagaimana akhir ceriteranya? Dan yang utama, kok film itu bisa ‘ada’?

Mungkinkah naskah dan adegan itu bermula dari kasih yang mengalir dalam keesaan Tritunggal itu? Ceitera mistik klasik purba menyuarakan bahwa saya dan Saudara ‘ada’ lantaran tercipta dari senyuman Sang Trinitas.

Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula… (Efesus 1:5)

Dari kasih yang sempurna tersebut, manusia dan semua makhluk ciptaan ada. Lihat sekeliling, itu semua ada karena kasih-Nya. Kita ini produk dari kasih! Kita diciptakan serupa dan segambar dengan Allah (Kejadian 1:27). Atau lebih tepatnya, Saudara itu merupakan pantulan dari saling kasih dalam Sang Trinitas. Penciptaan kita itu dengan cinta, dalam cinta, dan untuk cinta. (Gerald May). Apakah begitu, atau Saudara ada pendapat lainnya? (nsm)

NSM adalah seorang awam yang bak musafir yang senantiasa merindukan Air Hidup di padang pasir nan tandus walau hanya setetes.


Telah terbit buku “Misteri Romantika Ilahi” karya NSM

Comments

comments