Jika saja ada kesempatan untuk diam, lantas berpikir dalam-dalam. Bisa jadi banyak hal yang segera terungkap dari dasar hati. Perkara-perkara yang selama ini tersembunyi, rapat tertutup dalam nurani. Jika saja daku dan dikau rela menerima apa adanya, baru sadar ada rahasia yang selama ini tertutup rapat di dada.
Itu misteri yang sangat sulit terbuka, sewaktu semua keadaan ria gembira. Ketika segala peristiwa, rangkaian kejadian yang membawa untung belaka, siapapun dapat terlihat imannya perkasa. Semangat ikut persekutuan, siap sedia untuk beri kesaksian. Betapa baiknya Sang Pencipta, puja puji pun terlontar lancar begitu saja. Hingga apa yang didalilkan, tidak lagi sesuai dengan kenyataan.
Tatkala hidup ada dalam ancaman kesulitan, prospek bisnis berantakan, lebih-lebih si virus tidak lagi dapat dihindarkan. Masa depan yang tidak sesuai dengan harapan, saat-saat keyakinan tidak lagi menjelma sesuai dengan impian. Barulah teka teki kehidupan bermunculan ke permukaan. Harapan buyar, iman pun ikut gemetar. Keyakinan mengalami hantaman, dan DIA diam!
Apakah semua ini hanyalah kebetulan, rangkaian peristiwa seturut dengan hukum alam? Sial saja daku dan dikau pas hidup di masa-masa buram. Era pandemi yang sangat langka terjadi, periode yang berulang ratusan tahun sekali. Bukankah semua penduduk bumi, lebih 7 milyar orang mengalami? Tidak ada yang anomali, semua dapat diprediksi, itu terjadi secara alami.
Ataukah ini peristiwa alami, namun dalam rangkaian pemenuhan rencana Sang Ilahi? Hasrat DIA sejak bumi belum jadi, merelakan daku dan dikau hidup di kurun pandemi. Alami sendiri, ancaman nyata si Corona dari hari ke hari. Kesulitan hidup yang tak henti-henti, hari esok tidak ada yang pasti. Pengalaman pahit bertubi-tubi, usaha rugi, pula kekasih telah pergi.
Dari kekecewaan ke kegagalan, dari harapan yang berantakan hingga kematian. Ketidakberdayaan di era si virus yang tidak kelihatan. Walau harta berkelimpahan, namun tetap hanya dapat dirawat di gang sempit RS murahan. Semua hadapi sendirian, bahkan hingga ke liang lahat tidak ada yang melayat.
Dari keragu-raguan hingga sampai kepada keyakinan, perjalanan panjang yang melelahkan. Hingga akhirnya terbongkarlah, rahasia hati karena wabah. Sesungguhnya di bawah matahari tidak ada yang dapat diandalkan. Bak bunga di pagi hari mekar, siang layu terbakar. Hidup hanya sekejab, setelah itu semua lenyap. Semua ditinggalkan, lalu dilupakan.
Jadi, mungkinkah suatu keuntungan bagi daku dan dikau hidup di masa kini? Periode langka, khusus diperuntukkan untuk Adinda. Hak istimewa untuk sadar akan isi hati melalui kejadian alami, pandemi. Walau pengalaman ini tidak mudah, dan belum jelas seluruhnya, bisa jadi wabah sejatinya membawa berkah. Wajar-wajar saja di masa ketidakpastian, seribu satu pertanyaan masih akan bermunculan.
Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal. (1 Korintus 13:12)
Layaknya melihat bayangan di cermin buram, semua masih terlihat samar-samar. Belum tahu ke mana semua ini akan diarahkan. Mungkin selama ini merasa sudah memahami rahasia hidup, tak tahunya itu hanyalah cahaya yang sedang redup dan nyaris padam karena tertiup.
Sejauh ini rahasia iman lebih sering diterima begitu saja, turuti apa kata si pembicara. Sekarang itu satu demi satu dipertanyakan oleh keaadan, hingga daku dan mungkin juga dikau sampai kepada kenyataan.
Isi hati tidaklah selalu seiring dengan pengetahuan. Yang orang lihat dan dengar itu yang kutahu, dan mereka bisa terpukau karena tertipu. Akan tetapi DIA melihat yang di kalbu, dan daku tidak dapat lagi berpura-pura begitu. Fakta ini menyebabkan gemeteran, walau daku sedang diam sendirian.
Ternyata rahasia hati, barulah terang benderang jika diri tersakiti. Untuk daku dan dikau ataupun generasi ini, apakah harus sekelas pandemi agar hati terselidiki? Walau demikian, sial atau untung, itupun tergantung sikap hati Puan dan Tuan. (nsm)
![]() |
NSM adalah seorang awam yang bak musafir yang senantiasa merindukan Air Hidup di padang pasir nan tandus walau hanya setetes. Telah terbit buku “Misteri Romantika Ilahi“,”Divine Love Story” dan “The Great Dance of Divine Love” karya NSM |
Photo by kevin laminto on Unsplash


