Mari Menyelaraskan Iman Kita

Viewed : 1,441 views

Amsal 21:3
Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan TUHAN dari pada korban.

Dalam satu sisi banyak orang menampilkan kehidupan religius, tetapi di sisi lain mereka mempraktekkan berbagai tindakan duniawi.

Dalam tubuh seolah-olah sudah terputus jaringan syaraf spiritualitas di bagian leher yang menghubungkan otak dengan hati. Mereka tidak mampu menyambungkan hati dengan tangan serta kaki.

Pada posisi tersebut, orang serasa tidak mampu membendung hasrat untuk melakukan apa saja sesuai selera. Mereka merampas hak-hak orang lain. Rasa keadilan yang proporsional tidak lagi dimiliki.

Nabi Yesaya mengatakan, “Memang setiap hari mereka mencari Aku dan suka untuk mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang melakukan yang benar dan yang tidak meninggalkan hukum Allahnya mereka menanyakan Aku tentang hukum-hukum yang benar, mereka suka mendekat menghadap Allah”.
(Yesaya 58:2)

Namun dalam Yesaya 58:3, orang Israel bertanya-tanya mengapa Tuhan tidak mendengar doa mereka.

Penyebabnya adalah karena kehidupan mereka kontradiktif.

Cara hidup mereka menyakiti hati Allah, seperti perkataan Yesaya selanjutnya, ”Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi/”
(Yesaya 58:4)

Seruan hari ini:
”Mari menyelaraskan iman kita dalam hidup sehari-hari dan salah satu di antaranya adalah mengedepankan kebenaran dan keadilan serta kebaikan.”

Amsal 21:3 sungguh mengingatkan kita untuk melakukan apa yang benar dan apa yang adil.

Selamat Hari Minggu.
Selamat beribadah.

Tuhan Yesus menyertai dan memberkati kita. Amin.

Salam dan doa,
Alamta Singarimbun-Bandung

Alamta Singarimbun adalah seorang Doktor dari Universitas Kyushu Jepang.Saat ini bekerja sebagai Dosen di Departemen Fisika ITB sejak tahun 1987 dan juga Dosen Agama & Etika Kristen Protestan di ITB sejak tahún 2011. Tahun 2013 ditahbiskan sebagai Pendeta Kampus (Campus Chappel) di Gereja Anglikan Indonesia. Baca selengkapnya

Photo by Erika Giraud on Unsplash

Renungan Lainnya :

Comments

comments