204. ’Peluang Ketiga’

Viewed : 694 views

Hidup tak ada tujuan. Kaki melangkah serampangan. Tak tahu arah labuhan. Akhirnya waktu habis dalam khayalan. Bahwa keberhasilanlah sebagai puncak harapan.

Hingga kepahitan menyerang. Saudarapun tak dapat dipegang. Sahabat bisa berseberang. Kawan menusuk dari belakang. Keberhasilan tidak jaminan untuk menang.

Barulah daku mengerti. Setelah Dia kutinggal pergi. Hidup hilang makna tanpa Dia di sisi. Suksespun tidak ada arti. Jadi untuk apa hidup di dunia seperti ini? Jalan cerita pilihan sendiri. Manuskrip imitasi. Nahas, ku tolak stori cinta yang asli. Betapa sakitnya hati. Porak porandanya sanubari. Jika nurani tak lagi diterangi cahaya ilahi. Tinggallah daku sendiri. Kekasih jiwa kutinggal pergi.

Seirama dengan cintaku yang demam. Ku sendiri merenung di gelapnya malam. Meratapi kisah cintaku yang kelam. Seiring suara suling yang mencekam. Terkenang daku akan kisah Adam. Kisah cinta ketika belum dikenal dendam. Mengapa daku dan dikau mengkhianati-Nya diam-diam. Adam main serong di belakang. Dan Dia seakan pura-pura tidak memandang. Ooo Dia yang malang.

Daku yang tidak setia. Dikau yang hati mendua. Daku dan dikau yang main mata. Tergoda rayuan mata. Akhirnya jatuh ke pangkuan yang lain. Itu yang lain si bercabang lidah, Sang Dusta. Busyet dah! Kok Sang Cinta yang dituduh semena-mena. Nahas, Dia tidak lagi dipercaya. Bahkan dianggap biang kerok segala perkara.

Beginilah firman TUHAN: “Di manakah gerangan surat cerai ibumu tanda Aku telah mengusir dia? (Yesaya 50:1)

Ups! Cerai?

Putus hubungan? Itu kata yang semua paham. Cinta berbuah dendam. Bak suami istri pisah ranjang. Sedipan pun saling bertolak belakang. Tak lagi sedia sejalan. Kau ke kiri aku ke kanan. Masing-masing punya pikiran sendiri. Segan tegor sapa. Tidak ada komunikasi. Tidak dapat lagi dengar apa-apa. Setiap kata terasa saling menyakiti. .

Hubungan sudah tidak sehat. Cinta telah sekarat. Tak pernah Dia inginkan love story ini berujung pisah. Jika dikau merasa sakit, Dia lebih parah. Apakah sudah fitrah? Cinta tidak selalu berakhir indah. Dalam asmara selalu ada yang menang dan ada pihak yang kalah. Dan Dia rela menyerah! Pasrah. Dia meronta-ronta terluka berdarah-darah.

Syukurlah! Surat cerai itu tidak ada. Daku dan dikaulah yang meninggalkan Dia. Melajang ikuti pilihan. Memgapa Dia diam. Biarkan daku pilih jalan. Apakah sudah kodrat? Cinta tidak harus memilki. Rindu tidak berarti harus bertemu. Mencintaipun terjadi walau hidup tidak bersama. Cinta itu tidak memaksa. Namun Dia menunggu dengan setia. Hingga waktunya tiba.

Dia diam sudah begitu lama. Tiba-tiba!

Sang Cinta ambil jalan gila. Dia datang sendiri ke dalam dunia. Masuk dalam naskah sejarah manusia. Manuskrip yang Dia tidak harapkan dari semula. Menjadi bayi yang papa nan hina.
Cinta tak mungkin membiarkan dikau binasa. Kasih-Nya membuat Dia kembali perkasa. Jika perlu rasa sakit bersalinpun dialami tidak apa-apa (Yesaya 42:14).

“DENGARKAN: Kemudian Dia, Tuhan yang kamu nanti-nantikan, akan datang dengan tiba-tiba ke Bait-Nya…” firman TUHAN semesta alam. (Maleakhi 3:1)

Seakan sejoli yang terpisah sudah begitu lama. Rindu berapi-api untuk saling tatap muka. Sekonyong-konyong Dia datang lagi menyapa! Tiba-tiba mendatangi dikau dengan jalan yang tak dapat diterka.

Dan..?

Daku tertangkap tangan sedang main mata. Terjerat selingkuh asmara. Sekarang daku dan dikau akan bilang apa?

Terlalu indah dilupakan
Terlalu sedih dikenangkan
Setelah aku jauh berjalan
Dan [KAU] kutinggalkan

Betapa hatiku bersedih
Mengenang kasih sayang[MU]
Setulus pesan[MU] kepadaku
[ENGKAU] ‘kan menunggu

Andaikan KAU datang kembali
Jawaban apakah yang ‘kan kuberi?
Mungkinkah itu terjadi?
Untuk daku dan DIKAU bersatu lagi

Andaikan DIA datang kembali
Jawaban apakah yang ‘kan kuberi?
(dari Andaikan Kau Datang dengan gubahan)

Laksana waktu di Taman Sorga. Di Eden seperti Adam dan Hawa. Waktu itu mereka bersembunyi karena malu tak pakai celana. Dia bertanya-tanya. Dimanakah mereka berdua? Mengapa kemesraan berubah menjadi malu karena tak berbusana.

Hooorrreee!

Dia datang kembali! Sang Cinta hadir lagi. Di dunia penuh dengki dan iri. Menginjakkan kaki menghampiri. Daku dan dikau Dia datangi. Tidak ada yang terkecuali.

Jawaban apakah yang ‘kan kuberi?

Samakah dengan penduduk Betlehem yang terlelap? ‘Maaf tidak ada tempat! Silakan lewat.’ Tak peduli walau tampak sekarat. Waktu bersalin sudah dekat. Semua hanya pikir diri sendiri dan kerabat. Dan Dia diam mulut tertutup rapat.

Aaahhh! Dia dikhianati di Taman Sorga. Di Betlehem Dia tidak diterima. Dua kali Dia kalah dalam permainan cinta. Masihkah ada peluang pada yang ke tiga? Keputusan ada di tangan Adinda!

Jawaban apakah yang ‘kan kuberi?

Masihkah ada tempat di hati? Ataukah sama saja seperti dulu kini. ‘Selamat Natal,’ tinggal slogan kaku dingin mati. Ucapan di bibir tak ada sangkut paut dengan hati. Cinta sebatas mulut itu sakit sekali. Dulu Dia ditinggal pergi. Sekarangpun aku angkat kaki. Daku dan dikau tidak peduli! Cinta-Nya diingkari. Lagi..!

Celaka! Aku tak beda dengan Adam Hawa. Sama dengan penduduk Betlehem tanah Yudea. Natal tidak berarti apa-apa. Sekedar kemeriahan rutin belaka. Semoga kali ini ‘kan berbeda. Sambut di hati peluang yang ke tiga. Maka hidup Adinda takkan seperti sedia kala. Semoga! (nsm)

NSM adalah seorang awam yang bak musafir yang senantiasa merindukan Air Hidup di padang pasir nan tandus walau hanya setetes.


Telah terbit buku “Misteri Romantika Ilahi” karya NSM

Image by Catkin from Pixabay

Comments

comments