88. ‘Misteri Mbareb’

Viewed : 1,245 views

Menyadari bahwa kehadiran kita di bawah matahari karena cinta, dalam cinta, dan untuk cinta itu melegakan. Dikau tercipta ketika Sang TriTunggal dalam persekutuan yang Maha Kudus tersenyum. Saudara dirancang, direncanakan, dan tercipta ketika hati Allah tengah ‘berbunga-bunga.’  Selagi Dia ‘bersiul-siul’ ria dan ‘menggoyang-goyangkan kaki.’ Kala Dia tersenyum, Saudara tercipta. Anda itu hasil karya gemilang, unik, eksklusif, dan tak ada duanya. Tak akan pernah ada yang sama seperti Saudara, baik di masa yang lalu, sekarang, maupun yang akan datang. Ketahuilah bahwa Saudara hanya ada satu-satunya dari manusia yang pernah dan yang akan hidup di alam semesta.

For we are God’s masterpiece. (Efesus 2:10, NLT)

Setiap dikau itu hasil ciptaan yang istimewa, distingtif, dan singular, satu-satunya. Sudah ada sekitar 10 milyar orang (pernah) hidup di muka bumi ini. Dan setiap individu itu spesifik karena diciptakan dengan rinci hingga ke bagian yang paling mungil sekalipun tak luput dari mata Sang Pencipta. Tak heran kalau Alkitab lantang menyebuntukan dikau itu karya masterpiece, monumental, dari Sang Pencipta.

Saudara diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26). Atau mungkin lebih jitu kalau dikatakan dikau itu pantulan, refleksi dari Sang Trinitas. Laksana Dia mewakilkan kehadiran-Nya dalam dunia ruang-waktu alias dunia fisik kepada Anda. Dan di atas segalanya, we are His lovers, kita kekasih-Nya.

Mahfumlah kita, kalau Allah itu bukan pria ataupun wanita. Namun, kedua jenis kelamin ini dibutuhkan untuk merefleksikan rupa dan gambar Allah. Bisa jadi, inilah alasan utama kehadiran Adam-Hawa di pentas panggung dunia. Dan keluarga menjadi pantulan dari gambaran relasi yang terjadi dalam Sang Trinitas. Sebagai mana suami istri, dua tapi satu, adalah suatu komunitas. Bisa jadi itulah gambaran yang hendak disampaikan tentang relasi yang ada dan terjadi dalam diri Allah, komunitas (persekutuan) Tri Tunggal Yang Maha Kudus yang harmonis sempurna. Jika demikian, maka relasi menjadi hakikat sejati ciri kemanusiaan.   

Dalam persekutuan Tri Tunggal itu, setiap identitas pribadi terjadi karena relasi/ hubungan yang ada. Bapa ada karena hubungan-Nya dengan Sang AnakK. Demikian pula sebaliknya. Tentu Dia-lah Sang Pencipta dari semua makhluk, Tuhan Allah, Yehovah, bahkan Sang Maha Kuasa. Akan tetapi, Saudara tak akan pernah memanggilnya ‘Ya Abba, ya Bapa!’ (Roma 8:15), kecuali karena relasi Anda dengan Sang Anak. Abba itu kata Aramic untuk panggilan akrab seperti ayah atau daddy.

Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (Roma 8:29)

Wow wow wow! Sang Anak menjadi anak tertua, anak pertama, uwa (bahasa Karo), mbareb (Jawa), sulung. Dan kita? Dikau itu saudaranya Sang Anak!!! Terjemahan lain, mengatakan Anda itu adik-adikNya. Itu bak layaknya hubungan abang adik! Subhanallah, Maha Kudus Allah! Dari semula, sebelum ada matahari, sebelum ada waktu, Allah menghendaki Adam-Hawa dan semua keturunannya menjadi bagian dari keluarga Tri Tunggal!

Di alam roh dan di dalam Anak Sulung: “Selamat bergabung dalam keluarga Allah!” Dikau itu adinda, dimas, adik dari Sang Firman. Sehingga kita mampu berseru: “Ya Abba, ya Ayah!” Masya Allah, mantap kali! Begitu rupanya relasi kita dengan Sang Pencipta. Maaf ya, apa artinya ini dengan kehidupan yang penuh nestapa di bawah matahari? Lha, menurut Saudara apa jika kita adik dari Sang Abang? (nsm)

NSM adalah seorang awam yang bak musafir yang senantiasa merindukan Air Hidup di padang pasir nan tandus walau hanya setetes.


Telah terbit buku “Misteri Romantika Ilahi” karya NSM

Image by sathyatripodi from Pixabay

Renungan Lainnya :

Comments

comments