10. Pertobatan

Viewed : 1,409 views

Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. (Lukas 15:21)

Sebuah pengakuan yang indah, “Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.”

Pengakuan itu sepertinya tidak berarti banyak bagi bapaknya, namun pengakutan itu sangatlah berarti bagi diri si bungsu.

Kepulangannya mempunyai arti sangat besar bagi bapaknya. Anak bungsu bahkan tidak menyadari betapa besar makna kedatangannya. Harapan si bungsu hanyalah bisa menjadi seorang upahan di rumah bapaknya, supaya segala dosa dan kesalahannya terbayarkan. Dia merasa betapa dirinya tidak layak disebut lagi sebagai anak bapaknya.

Ia tidak berusaha menyalahkan hal-hal yang membuat dirinya meninggalkan orang tuanya. Dia menyadari bahwa semuanya itu adalah keputusannya yang salah. Dirinya adalah pelaku dan korban dari tindakan yang dilakukannya.

Anak bungsu tidak tahu sepenuhnya apa yang ayahnya pikirkan, bahwa kepulangannya merupakan suatu karunia yang sangat berharga dibandingkan dengan segala dosa dan kesalahan yang telah dia perbuat. Pulihnya kembali relasi antara bapak-anak lebih berharga dibandingkan melihat segala kesalahan yang telah dia lakukan.

Pengakuan yang merupakan modal dirinya untuk menghadap bapaknya, tetapi sebenarnya yang terjadi, ayahnya bahkan seperti tidak memperdulikan kata-kata anaknya. Tidak perlu ia bertanggung jawab atau berbasa-basi dengan anaknya, atau bahkan melakukan klarifikasi persoalan sebenarnya. Penerimaan terhadap si bungsu bukanlah didasarkan hitungan sopan santun budaya, rasa keadilan ataupun hitungan dari segi material yang telah dihabiskannya, tetapi karena kasihnya yang tak bersyarat terhadap anaknya.

Kepulangan dan pengakuannya semakin meneguhkan sebuah perkara yang dia butuhkan selama ini. Dia membutuhkan kasih yang sejati dari orang yang sangat mengasihinya. Selama ini dia tidak menyadari kasih ayahnya yang tidak terbatas, namun saat ini dia justru menerima pengampunan lebih dari yang dia dapat pikirkan. Pengakuan yang timbul dari dirinya yang adalah orang yang berdosa, dan tidak layak disebut anak bapaknya, namun respon bapaknya yang menerima dia total apa adanya merupakan sumber sukacita yang luar biasa.

Kasih karunia mengalir di dalam hidupnya.

Ia tenggelam di dalam kasih bapanya yang tanpa syarat. Ia menyadari bahwa alasan yang paling sah untuk kepulangannya bukan karena penderitaan dan kemiskinan yang dialaminya, tetapi karena ia membutuhkan kasih bapak untuk mengisi kekosongan jiwanya, dan itu membawanya kepada pertobatan yang sejati.

Anak tetaplah anak, apa pun yang terjadi. Sebuah ikatan yang lebih dalam dari pada hanya masalah segala harta, warisan dan kepemilikan lainya. Anak tetaplah anak.

Teja adalah suami dari Titin, ayah dari Kasih dan Anugrah.

Comments

comments