167. ’The Divine Great Dance’

Viewed : 860 views

Jauh di seberang semesta. Kala ‘waktu’ belum ada. Alam belum tercipta. Langit dan matahari belum ada. Ketika tidak terdengar suara apa-apa. Singkatnya, belum ada apa yang disebut ‘ada.’ Yang ada hanya Sang Ada. Tritunggal Yang Maha Kudus berdendang ria dalam ikatan kasih tiada tara. Tarian cinta. Tarian harmonis. Irama ikatan saling mencintai antara Sang Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Keharmonisan tarian cinta dalam keabadian, sempurna, mulia, dan agung serta jaya.

Sebelum Dia ‘terpikir’ merancang keindahan semesta dan membentuk dunia dengan kemahiran tak terhingga. Selagi belum ada niat-Nya mencipta. Dalam keabadian. Dalam kesunyian. Keheningan. Dalam kesendirian. Sebelum ada apa-apa , yang ada sebuah Tarian Agung Ilahi, ’The Divine Great Dance.’ Tarian kehidupan, berbagi kasih diantara Sang Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Dan itu entah berapa masa.

Dia puas dengan diri-Nya. Tak butuh apa-apa di luar diri-Nya. Tritunggal Yang Maha Suci itu mutlak seabsolutnya sempurna. Lengkap selengkap-lengkapnya. The Divine Great Dance itu tentang hidup yang berlimpah ruah. Kehidupan meluap mengikat kesatuan dalam persekutuan Tritunggal. Cinta, gairah, semangat, kegembiraan itu bersatupaut dalam kesatuan Sang Bapa, Anak, dan Roh kudus. Tritunggal yang riang dan saling mengasihi sejak dari ‘sono-nya.’

Ketika belum dikenal kosa kata dosa. Kala malaikat dan Lucifer belum menjadi nyata. Taman Eden-pun belum ada dalam rencana. Entah mengapa. Tak tahu penyebabnya. Tak terduga. Siapa sangka. Dalam keabadian. Dalam kasih yang megah. Cinta yang mewah. Allah memutuskan untuk melepas ikatan dan membuka lingkaran the Divine Great Dance. Lalu menyertakan daku dan dikau dalam Tarian Agung tersebut. Tarian cinta, tarian kehidupan. Kehidupan Tritunggal diluaskan untuk dinikmati mahkluk ciptaan, daku dan dikau.

Membingungkan. Mengherankan. Kemurahan hati-Nya yang mengcengangkan. Sang Bapa, Anak, dan Roh Kudus memutuskan untuk menciptakan manusia. Dan mereka diikutsertakan menikmati kehidupan yang melimpah ruah dengan kasih dalam tarian ilahi yang maha indah.

Tarian ilahi dalam Tritunggal Yang Maha Kudus. Communion dan persekutuan nan abadi. Kebahagian kekal dan sukacita penuh serta kemuliaan dari Sang Bapa, Anak , dan Rohul Kudus telah dianugerahkan kepada kita, makhluk ciptaan-Nya. Tarian Agung kini telah mengikutsertakan kita. Tarian bagai sungai tak terlihat yang mengalir melalui kehidupan kita dan semua ciptaan lainnya.

Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. (1 Yohanes 1:3).

The Message:

We saw it, we heard it, and now we’re telling you so you can experience it along with us, this experience of communion with the Father and his Son, Jesus Christ. (Kami melihatnya, kami mendengarnya, dan sekarang kami memberi tahu dikau agar dikau dapat mengalaminya bersama kami, pengalaman persekutuan dengan Bapa dan Putranya, Yesus Kristus.)

Keindahan pagi hari, ketika matahari gagah perkasa muncul di ufuk Timur. Burung berkicau riang menyambutnya bahagia. Tanda kehidupan mulai lagi ada. Awan kelabu serta guntur menyambar, menurunkan butiran air membasahi buana. Semua makhluk tertawa menikmati air sumber kehidupan yang fana. Canda tawa remaja saling lempar senyum ceria. Seakan dunia ini milik mereka saja. Sejoli yang tatap muka, sepakat ikat janji dalam panasnya api asmara. Secangkir kopi panas disirup sambil ngobrol dengan teman lama. Orang tua ngobrol tak jelas tapi kelihatan bahagaia. Ibu tenang dan senyum sambil menyusui anak satu-satunya. Petani tak kenal lelah bekerja hingga saat magrib tiba. Bukankah ini semuanya ibarat puisi yang bergerak dari tarian ilahi? The Divine Great Dance sedang ditarikan melalui perjalanan kehidupan setiap insan dan alam semesta.

Dikau dirancang dengan cinta dalam tarian ilahi tiada tara. Anugerah kebebasan karsa untuk kemampuan mencipta. Karena itu bermunculanlah hasil karya. Karya seni hingga teknologi era dunia maya. Inovasi, dan kreatifitas serta menyusun komposisi lagu yang menusuk sukma. Karunia perasaan peka untuk saling sapa dengan sesama. Itu sebagai pengikat dengan Saudara. Itulah yang membuat kita menjadi manusia. Kemampuan bercanda, tegor sapa, hingga cinta yang menyatukan kita yang berbeda.

Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. (Mazmur 19:2-5)

Tiada suara. Sunyi senyap hampa. Namun, gema tarian ilahi itu terpancar ke seluruh dunia. Dulu begitu hingga sekarangpun seperti itu. Persekutuan Tritunggal itu dapat diendus di mana-mana. Dan Dia membuka lingkaran itu agar dikau dan daku dapat mengecap manisnya. Tarian Agung Ilahi dalam keseharian hidup nyata.

Ups! Gawat. Aku kira itu hanya ada di persekutan ataupun gereja. Tak sadar itu terlihat jelas menari di mana-mana. Semoga dikau dapat menikmatinya. Entah kala bercanda dengan teman lama ataupun esok bekerja lagi seperti biasanya. Selamat menikmati The Divine Great Dance dalam kehidupan nyata. (nsm)

NSM adalah seorang awam yang bak musafir yang senantiasa merindukan Air Hidup di padang pasir nan tandus walau hanya setetes.


Telah terbit buku “Misteri Romantika Ilahi” karya NSM

Image by Doris Jacoby from Pixabay

Comments

comments