Betapa puas Sang Pencipta. Semua yang Dia rencanakan telah terujud dalam 6 masa. Ini bukan kerja ‘sulap’, langsung nyata. Setiap petang. Setiap pagi. Mata-Nya jeli memperhatikan setiap bagian dan kaitannya secara keseluruhan. Tiap proses fisikawi. Masing-masing reaksi kimiawi. Sebab akibat dan keterkaitan respons biologi. Semuanya selaras dan harmonis seperti yang diperlukan. Tak ada bagian yang nganggur tak berguna. Tidak ada yang sia-sia. Sekaliannya bermakna. Itu semua seperti yang Dia harapkan. Dia lega. Dia bicara kepada diri-Nya sendiri,
Allah melihat bahwa semuanya itu baik. –Kejadian 1:10,12,18,21,25.
Tahap demi tahap, jadilah dunia nyata. Sehari berlalu, hingga petang hari yang ke 6. Allah melihat kembali keseluruhannya. Setiap petang. Setiap pagi. Semuanya seperti yang dimaksudkan. Bagian unsur yang paling kecil hingga reaksi berantai kompleks. Tak dilewatkan. Sekaliannya ada dalam pengamatan-Nya. Allah ‘menarik nafas’ lega dan berujar,
Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. -Kejadian 1:31
Hasil karya Sang Cinta itu baik dan amat baik. Siapakah yang dapat memperbaiki karya Sang Pencipta (Pengkhotbah 7:13)? Tak ada yang setengah-tengah. Jauh dari mangkrak. Tidak ada defect, cacat, waktu diciptakan. Ibarat mobil ‘brand new’ yang keluar dari bagian produksi. Semua petugas bagian QC (Quality Control) membubuhkan kata ‘OK’. Passed. Lulus. Siap untuk beroperasi. Siap on the road.
Setelah alam semesta jadi beserta dengan dunia flora fauna, Allah melihat itu baik adanya. Selesailah penciptaan Adam Hawa. The End, tamat pulalah keseluruhan seri penciptaan. Tidak ada lagi penciptaan. Semua yang direncanakan telah terujud.
…hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu. –Kejadian 2:3
Layaknya dalam penutupan suatu lokakarya. Kalimat terakhir, clossing statement, Allah terhadap keseluruhan hasil karya-Nya adalah: ‘semuanya sungguh amat baik.’ Setelah itu Dia istirahat. Itu terjadi di hari ke 7.
Pssstt! Tunggu sesaat. Ada tak terduga mencuat!
Tuhan Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” -Kejadian 2:18
Ups! Tidak baik? Ada yang tidak baik? Defect? Dia lengah? Dia lalai? Di luar perhitungan? Tak terkendali, uncontrollable? Tidak sesuai dengan yang direncanakan? Maaf, apa maksudnya?
Mungkinkah Sang Maha Tahu tidak tahu itu tidak baik sebelumnya? Dapatkah ciptaan Sang Maha Baik itu ada yang tidak baik? Abaikah Dia dalam keabadian selagi merancang semuanya itu? Adakah yang terlewatkan dari Mata Sang Cinta?
Mungkinkah kata ‘tidak baik’ itu alasan utama Allah menciptakan Hawa? Alam semesta dan flora fauna terjadi begitu saja. Bukan begitu dengan Hawa. Hanya Hawa ada alasan khusus tercipta.
Lupakan dulu tragedi buah apel. Sampingkan sementara godaan maut sang ular. Ini kisah di Taman sorga. Ceritera cinta sejoli selagi dosa belum ada.
Mata Cinta selalu melihat yang terdalam. Adam memerlukan Hawa! Ada yang kurang tanpa Hawa. Design yang ‘tidak baik’ dalam diri Adam hanya dapat ‘diperbaiki’ dengan kehadiran Hawa. Adam baru utuh, lengkap, dan komplet karena kehadiran Hawa. Hilang Hawa maka sirna pula makna keberadaan Adam. Tanpa Hawa tak ada peradaban manusia.
Di Mata Cinta, ‘tidak baik’ itu selalu kesempatan menjadikannya ‘baik.’ Dan yang sudah ‘baik’ jadi ‘sungguh amat baik’? Sedari Taman Sorga. Selagi belum ada dosa. Sampai masa onar merajalela. Senantiasa memikirkan yang terbaik! Inikah prinsip abadi dari Sang Cinta?
Aaahhh, jika Sahabat alami tak terbilang ‘tidak baik’. Serasa ‘tidak baik’ dimana mana. Yang baik tidak ada. Berantakan segala galanya. Sahabat tidak seorang diri. Ingat Mata Sang Cinta: ‘Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya.’ (Pengkhotbah 3:11). Moga kita sabar. Sesabar Adam nunggu di altar. Sebelum Hawa diantar. (nsm).
![]() |
NSM adalah seorang awam yang bak musafir yang senantiasa merindukan Air Hidup di padang pasir nan tandus walau hanya setetes. |