Mencintai Pekerjaan

Viewed : 2,023 views

1 Tesalonika 4:11
Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan.

Seorang pria berusia lanjut tetap ceria dan semangat hidup. Tak masuk akal dia bisa seperti itu. Dia ramah dan santun, padahal pekerjaannya hanyalah penarik gerobak sampah dari beberapa tempat sampah ke tempat pengumpulan akhir sampah.

Tiap hari dia merasakan bau tak sedap dari berbagai jenis sampah yang diangkut dengan gerobaknya. Namun demikian dia tak pernah mengeluh walau pendapatannya sangat minim.

Ketika menarik gerobaknya di jalan yang agak sempit, sering ada beberapa pengendara mobil yang tak sabar membunyikan klakson. Ketika bapak tukang sampah menoleh ke mobil tersebut, dia memberi senyuman dan berusaha meminggirkan gerobaknya agar kendaraan yang tak sabar tadi bisa lewat dengan nyaman dan aman.

Sedikitpun dari wajahnya tak pernah kelihatan cemberut meski ada saja orang lain memperlakukannya tidak wajar. Melihat hal itu ada seseorang yang simpati mendatanginya dan bertanya apa rahasianya sehingga dia dapat menikmati hidup seperti itu.

Dia mengatakan bahwa dia sangat mencintai pekerjaannya karena dia tahu bahwa dengan mengangkut sampah setiap hari, dia telah ikut berperan menjaga kebersihan dan orang lain dapat merasakan kenyamanan hidup.

Dia mampu bersabar menghadapi orang-orang yang tak sopan di jalan dengan kekuatan cinta.

Dalam hatinya, dia mananamkan rasa cinta terhadap setiap manusia di jalan. Itulah sebabnya dia tak penah marah dan selalu saja berusaha sebaik mungkin kepada semua orang.

Dia bersyukur kepada Tuhan karena masih memiliki kekuatan dan dapat bergerak melakukan pekerjaannya dengan baik dan lancar.

Seberapa besar dan seberapa jauh kecintaan dan kesungguhan kita terhadap pekerjaan?

Berdasarkan apa kita mencintai dan menghargai pekerjaan?

Apakah penghargaan kita terhadap pekerjaan hanyalah berdasarkan gaji / hasil yang besar?, atau karena berdampak positif dan membawa manfaat dan berguna bagi orang lain?

Mungkin beragam dan berbeda pendapat kita tentang hal ini. Tetapi satu hal yang pasti bahwa apapun pekerjaan kita asalkan membawa manfaat dan halal… semua baik! Semua itu anugerah Tuhan.

Adalah anugerah bila Tuhan masih memberi kekuatan bagi kita untuk bekerja dan itu harus disyukuri.

Karena itu bekerjalah dengan bersungguh-sungguh dan jauhi sifat malas.

Dengan bekerja kita dapat memenuhi kebutuhan hidup, tetapi harus dijaga sikap hati: agar jangan menilai pekerjaan dengan hanya melihat berapa upahnya saja.

Sebagai anak Tuhan, miliki hati dan jiwa pengabdian dalam bekerja. Bekerja dengan sungguh-sungguh adalah salah satu wujud penghormatan kita kepada Tuhan.

Selamat beraktivitas.

Tuhan menyertai dan memberkati kita senantiasa. Amin.

Salam dan doa,
Alamta Singarimbun-Bandung

Alamta Singarimbun adalah seorang Doktor dari Universitas Kyushu Jepang.Saat ini bekerja sebagai Dosen di Departemen Fisika ITB sejak tahun 1987 dan juga Dosen Agama & Etika Kristen Protestan di ITB sejak tahún 2011. Tahun 2013 ditahbiskan sebagai Pendeta Kampus (Campus Chappel) di Gereja Anglikan Indonesia. Baca selengkapnya

Image by Ben Kerckx from Pixabay

Comments

comments