Yesus Adalah Indah

Viewed : 801 views

Sahabat yang terkasih,

Kata indah mengandung makna yang bersifat subyektif.

Indah bagi saya belum tentu indah bagi Anda. Indah bagi Anda belum tentu indah bagi saya.

Adakalanya kita memiliki penilaian yang sama bahwa sesuatu itu indah, hal itu disebabkan ada banyak persamaan yang dimiliki di dalam memandang sesuatu yang indah. Tetapi apa yang indah menurut kita, belum tentu dianggap indah oleh orang lain dan atau komunitas lain, demikian juga sebaliknya.

Ada pagar-pagar yang membatasi orang di dalam menilai dan menerima itu sebagai sesuatu yang indah. Karena latar belakang yang membentuknya memang berbeda, sehingga mebentuk cita rasa yang khas di dalam memaknai keindahan.


Saya suatu kali pernah mengambil kaset dari puluhan koleksi Bapak di Solo waktu masih kuliah, dan saya bawa ke Bandung. Sebuah musik gamelan, yang menurut saya sangat indah. Musik itu sering dimainkan untuk menemani keheningan kamar kost saya. Padahal tidak biasanya saya nge fan dengan musik gamelan.

Waktu pulang ke Solo, pas liburan, Bapak bertanya, apakah kamu mengambil kaset gamelan tersebut, saya jawab ya. Dia hanya berkata, itu salah satu koleksi paling baik yang Bapak miliki.

Dan ternyata kemudian saya tahu bahwa musik gamelan, yang bertajuk Ketawang Puspawarna tersebut juga merupakan sebuah karya “master piece” yang disandingkan dengan karya Bach, Mozart dan Beethoven yang telah dikirimkan dalam media piringan emas dalam perjalanan luar angkasa Misi Voyager I.

Oleh banyak pihak, musik yang terpilih itu dianggap mewakili sebuah keindahan peradaban dunia ini.

Meskipun saya yakin, banyak dari antara kita tidak bisa menerima bahwa musik gamelan tersebut sebagai sesuatu yang indah, tetapi minimal Bapak, saya dan kurator asing yang memilih musik itu, menganggap musik itu indah.

Cita rasa keindahan gamelan mungkin paling cocok bagi orang Jawa, tetapi cita rasa gondang Batak lebih pas bagi orang Batak. Demikian juga cita rasa musik klasik akan berbeda dengan musik pop, rock atau genre musik modern lainnya.

Keindahan ini seperti tersegmentasi di dalam berbagai kelompok audience yang berbeda-beda. Setiap kaum, suku, bangsa dan bahasa yang diwakilinya mewakili cita rasa keindahan tersendiri.

Apakah ada keindahan yang absolut, sehingga semua lidah tidak bisa tidak mengakui bahwa hal itu adalah indah?


Suatu keindahan selalu menghasilkan sensasi “wow”, kita menikmatinya sambil merasa takjub, heran, kagum, dan kita hanyut di dalam sensasi yang dipancarkannya.

Keindahan itu sendiri menimbulkan rasa kagum, hormat dan penghargaan yang dalam kepada obyeknya maupun Sang Maestro penciptanya.

Bukan hanya dalam bidang seni saja rasa keindahan itu muncul, tetapi juga dalam bidang-bidang yang kain. State of the Art dari setiap kemajuan sains dan teknologi, ataupun peradaban pada umumnya menimbulkan rasa kagum dan hormat bagi para audience nya.

Kita mengidolakannya. Kita ingin menjadi bagian dari nya, tersihir dalam sensasi yang dipancarkannya.


Ada keindahan yang profan, yang hadir dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia. Namun ada keindahan yang sakral, sesuatu yang tinggi, agung, berkuasa, dihormati, dalam kondisi profan ia tidak tersentuh dan terjamah.

Kita menangkap keindahan bukan hanya dari sensasi inderawi kita, tetapi mata batin kita pun mampu menangkap keindahan yang lebih dalam dan dekat bagi jiwa kita. Karena pada dasarnya batin kita merindu yang sakral, yang suci, yang mulia, yang agung dan yang abadi sebagai wujud dari keindahan yang sejati.

Yesus adalah puncak keindahan yang absolut, yang menjadi kerinduan setiap anak manusia.

IA yang tidak tersentuh dan terjamah oleh manusia, namun merelakan diri untuk datang ke dunia supaya dunia mengenal keindahan (baca: kemuliaan) Allah.

Menengok kepada nubuatan pada masa yang akan datang, dimana setiap lidah akan mengaku dan lutut akan bertelut dihadapan Yesus.

Akan tiba saatnya dimana sekumpulan besar orang dari berbagai setiap kaum, suku, bangsa dan bahasa akan berdiam diri dihadapan tahta Anak Domba Allah, dan memuji serta menyembah Nya. (Wahyu 7:9)

DIA lah finalitas keindahan yang absolut yang dicari setiap orang, mengatasi segala cita rasa keindahan setiap kelompok sosial budaya dan peradaban suatu kelompok masyarakat. DIA lah sumber keindahan yang sejati, dari pada Nya percikan-percikan keindahan itu mengalir, menginspirasi setiap orang dan menyingkapkan rahasia-rahasia kemuliaan Allah yang kekal.

IA ingin menghiasi hidup kita dengan keindahan Nya yang tiada bertara, sehingga setiap saat kita menjadi kagum dan hormat akan pesonanya.

Mari kita hanya terpesona oleh keindahan Nya saja.

Salam
Teja, 14/7/2019

Teja adalah suami dari Titin, ayah dari Kasih dan Anugrah.

Image by JamesDeMers from Pixabay

Comments

comments