Terima Kasih, Anakku Akhirnya Sekolah

Viewed : 691 views

Anak kami selama ini menjalani home school/unschool/sekolah rumah, dan belum pernah mendaftar di sekolah formal sejak dari kecil hingga lulus SMU. Sebuah keputusan yang diambil dengan sangat sadar, penuh perhitungan dan penuh iman, karena masa depan selalu adalah misteri. Setiap anak mempunyai kisah sendiri, dan setiap anak adalah sebuah “master piece”, yang istimewa, indah, mempesona dan tiada duanya. Demikianlah kami terus belajar mendampingi anak-anak kami.

Kasih Karunia Indah lulus SMU tahun lalu melalui ujian persamaan tingkat SMU di Homeschooling Pewaris Bangsa. Setelah habis ujian, anak kami berkata kalau dia ingin mengambil gap year 1 tahun dan baru tahun depannya akan melanjutkan kuliah. Selama setahun tersebut dia ingin mempelajari dan memperdalam beberapa yang dia sukai selama ini, yaitu menggambar, menari, main musik, dan ikut aktivitas Pramuka. Kami sangat mendukung keputusan tersebut, karena disamping anak kami masih muda (16 tahun), keberaniannya untuk mengambil keputusan tesebut merupakan sebuah hal yang baik.

Selama setahun ini kita terus berdiskusi mengenai pilihan kuliahnya di masa depan, ada beberapa bidang yang selama ini dia minati, yaitu musik, seni rupa atau filsafat/sastra. Dan keputusannya semakin menguat dari waktu ke waktu meskipun diberi berbagai pandangan mengenai bidang lain, seperti science, rekayasa atau bahkan bidang bisnis, tetap saja akhirnya balik ke bidang yang dia minati.

Apa cita-citamu, Nak? Menjadi seorang Guru. Sebuah cita-cita yang sangat sederhana, dan merupakan ironi bagi kami yang sekolah di rumah, namun kami duga hal ini disebabkan karena ada beberapa mentor/pembina/guru selama Kasih menjalani sekolah rumah sangat mengesankan baginya. Baginya Kak Ato, pelatih pramuka adalah seorang guru yang terkeren, dan Budhe Sari adalah guru musik/piano teladan, atau Tante Ayu adalah mentor lukis yang istimewa, demikian juga Bli Gusti (alm) atau Teh Eli adalah seorang pelatih tari yang mempunyai dedikasi luar biasa. Kami bersyukur kalau Kasih pernah ‘nyantrik” kepada para Master yang luar biasa ini. Terima kasih untuk para Guru/Master yang telah menemani anak kami selama ini.

Untuk mendidik anak, butuh orang sekampung. Kasih sangat menikmati tumbuh dan berkembang di dalam komunitas sekolah rumah, dimana prinsip saling asah-asih-asuh menjadi prinsip yang diutamakan dalam suasana yang alamiah. Semua anak istimewa dan semua anak berharga dan layak dikasihi dan berkembang sesuai petanya. Kontribusi komunitas yang terdiri dari berbagai latar belakang ini sungguh sangat besar bagi perkembangan anak-anak kami. Pergaulan dan persahabatan dengan setiap keluarga dan anak-anak mereka semakin memperkaya kami, dan kami sungguh beruntung apabila anak kami, Kasih dan Anugrah, terhisap di dalamnya. Terima kasih untuk para sahabat di komunitas yang telah ikut mendidik anak kami.

Tahun ini, setelah melakukan tes masuk perguruan tinggi, puji Tuhan, Kasih diterima di FSRD ITB dan di Fakultas Filsafat UNPAR, program Integrated Art. Kasih harus memilih, dan kiranya hatinya dipimpin ke tempat yang terbaik baginya.

Ada hobby anak kami, yaitu memanjat pohon, yang kemudian membuat olah raga panjat dinding menjadi kegemaranya. Waktu Kasih masih usia 9 tahunan, suatu kali kami mencari-carinya, lho kok tidak ada di sekitar rumah. Ternyata setelah kami keliling sekitar perumahan, saya lihat dia sedang duduk “anteng” di atas dahan pohon pinus di kompleks perumahan kami, sambil hening, dan mengamati lingkungannya dari ketinggian. Sebagai anak gadis , dia sudah lebih menjaga diri sekarang, tentunya tidak akan sembarangan naik pohon lagi untuk melihat dari sisi yang berbeda dari lingkungannya. Sekarang dia telah memiih untuk sekolah/kuliah di perguruan tinggi dan semoga pilihannya semakin memperkaya dan mendewasakan hidupnya dan memperkaya perspektifnya.

Terima kasih kepada mereka yang telah berkontribusi bagi tumbuh kembang anak kami, Kasih Karunia Indah, kiranya Tuhan memberkati kita semua (Teja).

Update : Tulisan ini ditulis Agustus 2020, dan Kasih akhirnya mengambil kuliah di Unpar sesuai keinginannya. Kiranya Tuhan menuntun senantiasa.

Tulisan ini dikutip dari Facebook Teja atas izin penulis.

Teja adalah suami dari Titin, ayah dari Kasih dan Anugrah.

Renungan Lainnya :

Comments

comments