249. ’Quest for Home’

Viewed : 415 views

Kawan! Sudah nyaris 12 bulan. Sejak Si Corona menyapa Wuhan. Si virus masih juga berjaya unjuk kekuatan. Belum pernah dalam sejarah ada kejadian. Peristiwa yang membuat lebih 7.5 milyar orang kebingungan. Mampu merubah seluruh aspek kehidupan. Menggoyang kebiasaan bahkan hingga ritual yang begitu disakralkan.

Ini baru pertama sekali. Yang perdana di bawah matahari. Sejak purba hingga kini. Kemungkinan besar yang begini tidak akan terulang lagi. Fenomena langka yang daku dan dikau alami. Rasakan pahit getirnya hidup di bawah naungan pandemi. Hingga melihat dengan mata kepala sendiri. Jema’at ramai-ramai meninggalkan ibadah di rumah Ilahi. Rumah Tuhan terbengkalai.

Si Corona memang diliputi keajaiban. Bak pedang bermata dua tusuk kiri tusuk kanan. Perkara-perkara yang dulu nyaris tabu diucapkan. Rahasia sepanjang zaman. Terkunci rapat dalam ritual peribadatan. Terselebung dalam aturan-aturan. Bahkan kaum elite rohaniawan pun seakan-akan sudah mengabaikan.

Sekarang! Setelah si Corona datang. Jama’ah dapat dengan mudah memandang. Karena dipertontonkan dengan gamblang.Tidak ada lagi doktrin yang menghalang. Apalagi peran penjaga dogma telah digiring masuk ke dalam kandang. Ritual yang begitu mengekang. Itu ramai-ramai ditantang. Pengikat telah melayang. Akibatnya, rahasia semesta terbuka di depan mata semua orang.

Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. (Kejadian 2:2)

Akhirnya selesailah sudah. Layaknya seorang pekerja keras selama 6 hari terus menerus bersusah-susah. Banting tulang hingga haus sampai bibir pecah-pecah. Sekujur tubuh pegal-pegal terasa begitu payah. Cepat-cepat kaki melangkah. Rasanya rindu kali ingin segera tiba di rumah. Tempat henti melepas lelah. Istirahat sambil rebah-rebah.

Dari halaman-halaman pertama kitab suci. Bahkan sebelum ada apapun yang jadi. Sejak belum ada langit dan matahari. Allah rindu mencari tempat henti. Dan setelah semua jadi sesuai dengan yang diingini. Maka, mulailah DIA menyeleksi. Dengan mata begitu tajam nan jeli. Dari semua benda angkasa dari tak terbilang jumlah galaksi. Ada satu yang berkenan di hati. Mata-NYA tertuju ke bumi. Sebagai rumah tempat henti!

Bah! Begitukah? Allah mencari rumah! Yes, tempat DIA henti bak ingin segera rebah.

Ketika Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia: “Sesungguhnya TUHAN ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya.” Ia takut dan berkata: “Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga.” (Kejadian 28:16,17)

Tragis! Ini kisah miris. Esau sang abang meraung-raung menangis. Tipuan licik sang adik membuatnya bertindak sadis. Bak diancam dengan keris. Yakup lari, lari, dan lari hingga keringat berjatuhan bak hujan gerimis. Hingga tak tahunya, bermalamlah dia di satu tempat (Betel) nan mistis.

Bolehlah dikata. Setelah dosa masuk kedalam dunia. Yakuplah yang pertama-tama. Menyingkapkan tabir rahasia. Tentang rumah Allah yang adalah penghubung dunia dan sorga. Betel sebagai jembatan dunia fisik dengan alam di luar panca indra. Dunia maya yang tidak bisa diraba.

Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, (Kejadian 3:8)

Tadinya, taman Eden adalah pilihan-NYA. Rumah penghubung dunia sini dengan alam sana. Tempat DIA menyatakan diri dalam alam panca indra. Di Eden langkah-NYA pun dapat ditangkap telinga. Suara-NYA pun begitu juga. DIA ekspresikan diri di alam nyata. Rumah Tuhan tempat DIA nyata bagi manusia. Dulu DIA rindu tempat seperti itu. Sekarang pun begitu.

Eden telah sirna. Hilang entah ke mana. DIA telah ditendang dari dunia. DIA rindu kembali ke rumah. Untuk sejenak melepaskan lelah. Tempat henti dari jerih payah. Akan tetapi manusia tidak lagi betah. DIA ditolak mentah-mentah. Akhirnya? DIA milih sebagai Sang Pengembara. Bak tunawisma. Rumah tempat henti tidak lagi DIA punya. Homeless God.

Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. (2 Tawarikh 16:9)

Namun, DIA tidak putus asa. DIA setia. Cintalah yang mendorong DIA terus berkelana. Mata-NYA terus mencari. Manusia yang sungguh hati. Mereka yang masih ada nurani. Yang rela menyediakan tempat untuk DIA henti. Rumah bagi Sang Ilahi.

Rumah Tuhan, tempat DIA henti. Tempat nyaman untuk DIA injakkan kaki. Karena disitu DIA diterima dengan senang hati. Merasa tinggal di rumah sendiri. Pulihlah dari segala kelelahan emosi. Apalagi di situ sudah tersedia kursi. Sambil duduk dengan segelas kopi. Itulah suasana rumah yang DIA cari-cari. Dari dulu hingga abadi. Tuhan mencari yang sungguh hati.

Rahasia ini jauh lebih misterius dari sekadar tempat ibadah. Melampaui arti seputar tempat menyembah. Yang pendiriannya diributkan dengan aturan pemerintah. Ini misteri rumah Allah. Rangkaian anak tangga penghubung dunia ini dengan alam antah berantah. Dan anak tangga itu, ya kamu dan akulah! (nsm)

NSM adalah seorang awam yang bak musafir yang senantiasa merindukan Air Hidup di padang pasir nan tandus walau hanya setetes.


Telah terbit buku “Misteri Romantika Ilahi” dan “Divine Love Story” karya NSM

Photo by Mateus Campos Felipe on Unsplash

Renungan Lainnya :

Comments

comments