157.’Rayuan Maut’

Viewed : 755 views

Sahabat! Kisah ini sudah dari sejak purba kala. Riwayat terjadi di Taman Sorga. Tak ada yang sangka. Bagaimana itu bisa diduga. Kemana harus bertanya. Seumpamapun dikau ada di sana. Seandainya dikau dapat berbicara. Sila protes kepada Adam dan Hawa. Ayo yo yo, bersuara! Mengapa diam seribu bahasa? Kira-kira apa yang dikau akan kata?

Hidup di taman nan bahagia. Sejoli berkasih mesra. Waktu berlalu tergesa-gesa. Ups! Mengapa kemesraan itu harus disela? Mengapa ada dua macam buah? Mengapa harus memilih? Bukankah sejoli itu sedang bahagia? Apakah kesenangan itu tidak cukup bagi mereka berdua? Sejatinya, Dia mau cari apa? Mengapa mereka harus diuji dan dicoba?

Jawab perempuan itu: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.” (Kejadian 3:13)

“The serpent seduced me,” she said, “and I ate.” (The Message: menggoda)

“The serpent tricked me,” she replied. “That’s why I ate it.” (NLT: tipu muslihat bak sulap)

The woman said, “The serpent deceived me, and I ate.” (NKJV: menipu)

Laksana pelakor (perebut laki orang), dia menggoda Adam. Mereka makan umpannya. Racun dibungkus dalam rayuan. Jangan percaya apa yang dikau lihat. Awas! Berbahaya apa yang dikau dengar. Semuanya palsu bagai permainan ahli tukang sulap. Jangan percaya, itu ilusi. Yang dilihat adalah tipuan. Yang didengar adalah jebakan. Seeing is deceiving.

Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. (Kejadian 3:6)

Ups! Siapa ular itu? Dari mana datangnya? Mengapa dia ada di Taman Sorga?

Ibarat riwayat hidup tertulis dalam buku setebal 6500 halaman. Bisa jadi, dikau dan daku mengisi kisah di halaman 5001 hingga 5098. Apakah itu sebabnya? Bagaimana si penggoda alias ular itu ada, kita tak tahu? Alkitab membisu dan hanya samar-samar kabur bertutur kata dalam kisah dramatis jatuh bangunnya raja-raja dunia. Bisa jadi dia telah menjadi seperti itu sebelum Adam tergoda. Ataukah itu terjadi bersamaan?

Entahlah!

Tak tahu apa yang terjadi di halaman-halaman awal. Ataukah itu tak perlu kita tahu? Namun, tak berdaya untuk tak bertanya. Mungkinkah itu lebih jauh dari hanya seputar tipu muslihat? Lebih dalam dari sekitar makan memakan. Apa gerangan yang ada di balik pohon dan buah itu? To the point, terangnya, mengapa harus ada pilihan?

‘Di saat cinta harus memilih,’ tutur sebuah lirik lagu beberapa dekade yang lalu. Sejatinya, cinta itu pilihan. Kerelaan tentukan hasrat hati. Kemauan tegaskan pilihan sendiri. Niat hati. Hati terpikat ke siapa?

padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: “Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka.” Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta. (1 Raja-Raja 11:2)

The Message: He took them from the surrounding pagan nations of which GOD had clearly warned Israel, “You must not marry them; they’ll seduce you into infatuations with their gods.” Solomon fell in love with them anyway, refusing to give them up. (Terjemahan bebas: Dia mengambil mereka dari negara-negara kafir di sekitarnya. Allah dengan memperingatkan, “Jangan sekali-kali menikahi mereka; mereka akan merayu kamu hingga tergila-gila dengan dewa-dewa mereka.” Namun, Salomo jatuh cinta pada mereka, menolak untuk menyerah.

Bisa jadi, ini masalah cinta! Masalah pilihan hati. Hati yang mendua. Ini tentang jatuh cinta. Tergila-gila kepada siapa?

Sangat bisa! Mudah saja bagi-Nya. Dikau direkayasa untuk turut perintah-Nya. Setiap waktu. Sepanjang masa. Dikau tanpa sadar mengikuti keinginan-Nya. Dikau ikut saja bak robot yang dikendalikan tuannya. Itu semua dilakukan begitu saja! Tanpa emosi. Tanpa rasa. Tanpa jiwa. Tanpa kesadaran tentukan pilihan. Tanpa cinta. Dan dan dan itu bukan cinta yang Dia rindukan.

Ooo, itukah sebabnya Dia biarkan Adam tentukan pilihan? Dan Dia diam. Begitukah?

Aaahhh! Apa daya. Adam telah tentukan pilihan. Tarian telah dimainkan. Mereka tak berkutik dengan rayuan. Rayuan cinta. Dan mereka terjatuh dalam pelukan. Pelukan maut! Di Taman Sorga begitu. Sekarangpun seperti itu.

Sahabat! Hati-hati di jalan. Awas kiri kanan. Sepanjang jalan ada rayuan. Jaga hati, karena dari situlah terpancar kehidupan. Jangan anggap remeh si Pelakor! Jika Adam saja takluk di pelukan. Siapa saya? Tak ada harapan. Kemana harus minta pertolongan?

Maaf, kok rasanya semuanya aman-aman saja. Oh? Itu boleh jadi awal tanda masuk jebakan. Akan tetapi? Itupun terserah pilihan. Silakan tentukan, pilihan ada di tangan.(nsm)

NSM adalah seorang awam yang bak musafir yang senantiasa merindukan Air Hidup di padang pasir nan tandus walau hanya setetes.


Telah terbit buku “Misteri Romantika Ilahi” karya NSM

Renungan Lainnya :

Comments

comments