Digerakkan Oleh Injil

Viewed : 407 views

Digerakkan untuk membawa kabar sukacita, membagikan berita shalom, menghadirkan Sang Immanuel yang hadir di dalam pergumulan kehidupan, adalah sebuah panggilan Injil.

* * *

Menjelang tahun baru kemarin saya mengunjungi sebuah keluarga yang sedang bergumul dengan anak remajanya. Bermula dari saya membaca status anak ini saya menjadi kepikiran sepanjang pagi itu; dimana anak ini mengisyaratkan untuk self harm dan tendensi untuk bunuh diri; anak ini mengidap serangan anxiety dan mengarah ke bipolar.

Digerakkan oleh belas kasihan, saya membelokkan motor saya ke rumahnya.

Ternyata sudah dua hari anak ini tidak mau keluar kamar, mengurung diri dan pintu dikunci dari dalam dan tidak mengijinkan seorang pun masuk, bahkan hanya untuk memberikan sapaan kepadanya.

Suasana sangat tegang di dalam rumah, dan membuat kedua orang tuanya sangat sedih dan putus asa.

Ternyata kedatangan ini menjadi berkat tersendiri bagi keluarga ini, khususnya orang tuanya, yang sudah sangat putus asa dengan kondisi anaknya. Kedatangan ke rumah ini bagaikan kedatangan seorang pembawa kabar baik bagi keluarga ini.

Singkat cerita setelah mendengar pergumulan kedua orang tua nya. Saya mengajak berdoa bersama. Saya pamit pulang.

Puji Tuhan, ketika motor saya dihidupkan, ternyata suaranya memancing anak ini untuk keluar rumah dan menyapa saya. Akhirnya saya mempunyai kesempatan untuk mengajak dia makan bersama makanan kesukaan dia.

Tidak gampang menghadapi situasi seperti ini, perlu hikmat khusus dari Tuhan supaya dia yang memimpin. Apakah persoalan anak ini sudah selesai? Belum, tetapi ada pengharapan di dalam Kristus untuk pemulihannya.

Keluarga ini dikuatkan bahwa mereka tidak sendiri di dalam menghadapi pergumulan ini.

* * *

Setahun ini kami bergumul dengan berbagai kasus serupa yang dialami oleh anak-anak remaja pemuda di dalam berbagai komunitas yang kami kenal. Bukan satu dua, tetapi banyak. Sebuah kondisi yang dipicu oleh berbagai keadaan yang menekan di sekitar anak-anak remaja kita, entah karena kehilangan orang yang dikasihi, penolakan, pengharapan yang tidak sampai, kesepian di tengah hiruk pikuk aktivitas kehidupan, relasi yang rusak dan tidak harmonis, pola parenting yang salah, bully dari lingkungan, tekanan kehidupan, nilai-nilai kehidupan yang membebani, dunia virtual yang menciptakan hyper-realitas tersendiri yang jauh dari realitas kehidupan dan sebagainya dan sebagainya.

Apa yang dihadapi adalah sebuah kuk atau bahkan rantai yang memasung kehidupan mereka; mereka tidak berdaya, terbelah, bahkan terpecah jiwa mereka.

Anak-anak ini sebenarnya sudah capek secara fisik, yang pasti kurang tidur, membuat mereka rapuh. Dan yang pasti mental mereka kena.

Semua ini membuktikan betapa rapuhnya anak manusia.

Mereka membutuhkan kasih yang hadir, yang dekat, dan yang bersimpati mendengarkan keluh kesah serta menerima mereka apa adanya, serta menawarkan kasih Kristus yang berkuasa dan mewujud di dalam kehadiran kita di samping mereka.

Mereka membutuhkan terobosan dari Roh Suci yang memberikan cahaya kasih mesra yang merengkuh mereka di tengah kelemahan mereka.

* * *

Tahun baru kemarin, saya ditelepon seorang alumni yang sudah lebih dari 15 tahun tidak bertemu. Tiba-tiba dia menelpon dari dan sharing berbagai hal tentang kehidupannya. Puji Tuhan dengan pimpinan Nya, Tuhan memberkati kehidupan dan pekerjaan Nya.

Saya ingat peristiwa 25 tahun lalu, saya mengajak calon istri saya mengunjungi dia. Firasat dari Roh Suci memimpin kami untuk mengunjunginya. Kami hanya taat saja untuk mengunjunginya ke tempat kostnya. Kami datang, menyapa dan tidak banyak yang kami bicarakan sebenarnya. Kami hanya ingin hadir menemaninya.

Ternyata kehadiran itu mengubahkan hidupnya.

Dia mengubah rencananya untuk bunuh diri.

Kami baru mengetahui segala pergumulan dia, setelah 3 tahun kemudian dia datang ke rumah kami. Dia mengucap syukur kepada Tuhan karena kehadiran kami itu menyembuhkan jiwanya, sehingga dia membatalkan rencananya untuk bunuh diri. Puji Tuhan.

Kami memuji Tuhan dengan sangat, karena menjadi saksi karya Allah atas hidup orang ini.

* * *

Saya dan istri kemarin ngobrol tentang berbagai peristiwa unik di dalam perjalanan pernikahan kami. Ada banyak kesempatan istimewa melayani mereka yang sakit, depresi, kehilangan, atau sedang dalam pergumulan yang berat di dalam pekerjaan atau hubungan, dan bahkan mereka yang besok untuk makan pun tidak punya uang.

Saya bilang ke istri saya, itulah yang selama ini Allah hadirkan dan ijinkan ada di dekat dan bersama dengan kita. Adalah kehormatan dari Tuhan untuk kita bisa hadir diantara mereka.

Barangkali saudara semua diberi kesempatan untuk menghadirkan Kristus ditengah segala pergumulan kehidupan orang-orang yang ada di sekitar kita. Kita perlu peka melihat pimpinan Roh Suci atas hidup pelayanan kita.

Soli Deo Gloria.

Teja,5/1/2024

Teja adalah suami dari Titin, ayah dari Kasih dan Anugrah.

Comments

comments