21.Penutup

Viewed : 1,765 views

Sebuah akhir cerita yang tidak pernah selesai, bagaimana dengan si anak sulung? Apakah dia akan tetap pada pendiriannya atau sebaliknya, dia mengakui kebodohannya dan akhirnya turut bersukacita dengan keluarganya?

Tidak ada penceritaan lebih lanjut mengenai kisah ini

Fakta yang jelas terlihat adalah bahwa anak bungsu telah dipulihkan, diterima tanpa syarat. Si bungsu mengalami sukacita, sebuah sukacita yang tidak dapat digantikan dengan apa pun, karena pulihnya kembali relasi dengan ayahnya yang menjadi sumber eksistensi dirinya yang sebenarnya.

Bagi orang moralis, tentunya sulit untuk membuat si bungsu menjadi seorang pahlawan, dan sebaliknya tidak ada cacat di dalam kepatuhan si anak sulung kepada ayahnya, yang membuat si sulung mempunyai potensi menjadi seorang pahlawan di dalam kisah tersebut.

Sebenarnya siapa yang menjadi tokoh utama dalam kisah ini.

Ada dua dua sistem nilai yang bertarung di dalam kisah ini, yaitu sistem nilai tebar tuai dan sistem kasih karunia. Jikalau dalam sistem nilai tebar tuai, tentunya kita akan menempatkan si anak sulung sebagai pahlawannya. Segala petimbangannya sangatlah logis dan diterima. Sangatlah pantas si bungsu mendapatkan hukuman yang setimpal atas segala kesalahannya. Dalam hal ini menempatkan sang ayah sebagai orang yang naif dan bodh di dalam memperlakukan anakya yang bungsu.

Tetapi di dalam cara pandang kasih karunia, ayahnya menjadi pokok pembicaraan. Ayahnya adalah tokoh utama di dalam kisah tersebut. Anak bungsu adalah anak yang hancur tetapi bersukacita karena mengalami kasih karunia dari ayahnya. Anak sulung adalah seorang di dalam segala kepatuhannya tetapi terluput dari kasih karunia ayahnya yang dilimpahkan baginya.

Terkadang kita menjadi Si Bungsu dan Si Sulung di dalam meresponi relasi kita dengan Allah, sebagai Bapa kita, tetapi tetap yang menjadi titik sentral yang secara aktif ingin menyatakan kasihnya kepada kedua anaknya adalah Sang Bapa, sehingga anak-anak mengalami kasih tanpa syarat, pengampungan tanpa batas, pulihan yang sejati serta penerimaan yang sempurna atas dirinya.

Ini semua adalah tentang Sang Bapa yang ingin berkarya di dalam hidup anak-anaknya, sehingga kita perlu meresponi panggilan kasih Sang Bapa yang senantiasa merindu kita pulang dengan segenap kerendahan hati, kejujuran, keintiman dan hati yang penuh ucapan syukur.

Cerita ini tidak akan pernah berakhir, kecuali kita mengalami kasih karunia dan kebenaran yang sejati.

Teja adalah suami dari Titin, ayah dari Kasih dan Anugrah.

Image by White77 from Pixabay

Renungan Lainnya :

Comments

comments