Perempuan yang Meminyaki Kaki Yesus

Viewed : 831 views

Markus 14:6
Tetapi Yesus berkata: “Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku.

Ketika ada seorang wanita meminyaki Yesus dengan minyak narwastu yang mahal, orang-orang gusar, bahkan marah.

Mereka menganggap perbuatan wanita itu berlebihan. Mereka mengatakan pemborosan. Lebih baik minyak itu dijual saja dan uangnya diberikan kepada orang miskin. Seolah orang-orang ini peduli dengan kemiskinan dan peka dengan derita orang.

Berbicara soal kepedulian dan kepekaan kepada orang miskin… tertandingikah Yesus? Bahkan nyawa-Nya Dia serahkan.

Kalau kita tanya orang yang gusar dan marah itu… seandainya mereka memiliki minyak itu… apakah mereka akan menjualnya? Akankah uangnya diberikan kepada orang miskin? Kelihatannya tidak! Jangan-jangan mereka simpan saja rapat-rapat… didepositokan.

Perempuan yang meminyaki kaki Yesus itu sudah memberi yang terbaik. Apa dari miliknya yang paling berharga sudah diberikan kepada Yesus.

Sebagai seorang wanita, pastilah minyak narwastu itu sangat berharga baginya. Kalau dia pakai, mungkin sedikit-sedikit saja disemprotkan ke badannya agar tidak cepat habis. Mungkin saja minyak itu dia koleksi sebagai barang berharga.

Namun minyak itu tidak ditahan-tahannya. Ditumpahkan dan dicurahkannya di atas kepala Yesus. Baginya hal ini sebagai bentuk penghormatan, penghargaan dan persembahan kepada Yesus. Hal inilah yang tidak ditangkap dan tidak dimengerti oleh orang-orang yang gusar dan marah itu.

Selanjutnya Tuhan Yesus merespons wanita itu dengan berkata kepada orang-orang yang hadir di situ. Tuhan Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia.” (Dalam Markus 14:9)

Indah sekali perkataan Yesus. Luar biasa!

Bagi orang yang gusar dan marah itu, kapankah mereka akan memberi yang terbaik kepada Yesus? Menyimak dan mempelajari kegusaran dan kemarahan mereka, mungkin jawabnya: “kapan-kapan.”

Bagaimana sikap hati kita kepada Yesus?
Apakah kita tergolong kepada wanita itu?
Ataukah seperti orang gusar dan marah itu?
Kapankah kita memberi dan mempersembahkan yang terbaik kepada Yesus melalui talenta serta karunia kita?
Semoga jawabannya: “sekarang!”, BUKAN: ”kapan-kapan”.

“Tuhan Yesus, meski aku tidak seperti wanita itu membawa minyak narwastu yang mahal, tapi aku akan membawa diri dan hatiku untuk melakukan apa yang terbaik sesuai dengan kehendak-Mu… Amin…”

Selamat beraktifitas.

Salam dan doa,
Alamta Singarimbun – Bandung

Alamta Singarimbun adalah seorang Doktor dari Universitas Kyushu Jepang.Saat ini bekerja sebagai Dosen di Departemen Fisika ITB sejak tahun 1987 dan juga Dosen Agama & Etika Kristen Protestan di ITB sejak tahún 2011. Tahun 2013 ditahbiskan sebagai Pendeta Kampus (Campus Chappel) di Gereja Anglikan Indonesia. Baca selengkapnya

Photo by How-Soon Ngu on Unsplash

Comments

comments