147. ’Paradoks Ilahi’

on
Viewed : 604 views

Gendang telah ditabuh. ‘Dung dung dung… kplaakk kplaakk kplaakk.’ Dawai telah dipetik. Tari telah dimainkan. Kaki telah dihentakkan. Tangan telah diayunkan. Ikuti ritme. Irama dendang ilahi. Tak ada yang luput. Semua ikut. Setiap insan turut. Adam di Taman Sorga begitu. Di abad ke 21-pun seperti itu.

Tak ada yang bisa mengelak. Apalagi menghindar. Entah dikau sadar. Ataupun hanya sekedar berkelakar. Semua sudah ada di atas panggung. Ayo yo yo jangan canggung. Cinta itu pilihan. Kebebasan. Tentukan tarianmu. Pilih ritme gendang. Hentakkan kaki. Ke kanan atau ke kiri. Ayunkan tangan. Memeluk ataupun melawan. Tulis ulang peran. Pilihan ada di dikau sorangan.

Ups! Sulit dipahami. Tak mampu untuk dimengerti.

Manusia ada kehendak bebas. Kemampaun tulis ulang peran. Hingga seumpama wayang kulit mampu menendang. Menusuk si dalang. Menikam dari belakang. Sampai nyawa si dalang melayang. Nyatakah ini? Bebas tentukan pilihan sendiri. Peran sesuka hati. Kemampuan moral untuk tak turuti niat Sang Ilahi.

Sebegitu bebaskah setiap insani? Tentukan nasib sendiri.

Bagaimanakah mungkin ini bisa terjadi?

Bukankah Dia Maha Kuasa? Berdaulat. Tak dapat didekte. Tak dapat dikendalikan. Agung. Mulia. Perkasa. Maha Tahu. Bagi Dia tak ada rahasia. Tak perlu mengira-ngira. Tak perlu bertanya. Awal dan akhir semuanya nyata. Tak ada yang tersembunyi. Dialah satu-satunya pribadi yang tahu apa yang belum jadi. Allah Sang Abadi.

Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya. (Mazmur 139:15,16)

Apakah Dia tahu perjalanan hidupku? Tarian hidupmu. Niat hati. Keputusan langkah kaki. Ke kanan atau ke kiri. Ayunan tangan. Memeluk atau melawan. Bukankah itu semua Dia paham? Bahkan sebelum ada semua sudah nyata? Bagi Allah Yang Maha Tahu. Tak ada rahasia.

Tuhan, Engkau mengetahui segala keinginanku, dan keluhkupun tidak tersembunyi bagi-Mu; (Mazmur 39:9)

Lantas! Apakah Allah tahu akan pilihan Adam? Mengapa Dia diam? Membiarkan Adam lanjutkan tarian? Dahulu kala Dia begitu. Apakah sekarang juga Dia tetap seperti itu? Dia Diam. Membiarkan dikau tentukan tarian!

Bagaimana ini? Sulit dipahami?

‘Kehendak bebas.’ Kapasitas moral. Kemampuan menentukan pilihan. Hingga kemungkinan patung dapat meludahi si pemahat. Sang aktor menulis ulang jalan ceritera. Hingga tak terkira. Menciderai Sang Kuasa! Penulis ciritera.

Ups! Dia Maha Kuasa. Sang Pencipta. Dia Diam seribu bahasa! Membiarkan air ludah mengalir di pipi-Nya. Kayu kasar melekat di tubuh-Nya. Dan semua orang mengolok-ngolok-Nya. Dan dan dan. Dia Diam!

Bagaimana ini? Sulit dipahami? Mengapa Dia diam?

‘Man is God’s risk.’ Penciptaan manusia memang penuh risiko. Risiko bagi Sang Ilahi. Allah ambil tindakan yang tidak dikendali. Dia lepaskan dikau tentukan sendiri. Sikap hati. Itu esensi manusia sejati.

Wah itu tindakan berani. Tidak main-main. Jauh dari iseng-iseng. Mohon jangan anggap enteng. Apalagi dikau hanya geleng-geleng. Ini serius! Dulu begitu. Sekarang juga tetap seperti itu.

Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Di manakah engkau?” (Kejadian 3:9)

Maaf! Apakah Allah bertanya karena tak tahu Adam di mana? Bukankah Dia Yang Maha Melihat? Dia Maha Tahu. Mengapa harus bertanya? Allah Maha Ada. Di mana-mana Dia ada. Dan Dia dapat kehilangan Adam. Allah Perkasa. Berdaulat. Maha Kuasa. Bagi Dia tak ada yang mustahil. Dan Dia tak berdaya mencegah ‘tragedi buah apel.’

Aaahhh. Cinta memang misterius! Jangan diurai dengan logika. Rasakan dengan hati. Dikau akan mengerti.

Kalau sudah jatuh cinta. Wah wah wah. Maha Melihatpun jadi rabun. Maha Kuasa jadi lunglai tak berdaya. Maha Tahupun bertanya-tanya. Maha Bijaksanapun sepertinya lemah bak anak balita. Ini paradoks ilahi (kebenaran yang saling bertentangan).

Wah, bagaimana ini?

Jika dikau rasa Maha Kuasa tak berdaya. Maha Tahu bertanya-tanya. Maha Bijaksana tak berbuat apa-apa. Maha Kasih biarkan bencana. Kelaparan di mana-mana. Penyakit merajalela. Dan Dia diam saja.

Ingat ingat ingat. Paradoks Ilahi.

Karena cinta Dia rela mendirita. Mati dianiaya. Dan Dia diam. Bukankah diam ini lebih berbicara dari seribu bahasa? Bukankah cinta lebih dari hanya sekedar kata-kata. Moga dikau dapat rasa. Cinta-Nya yang membara. (nsm).

NSM adalah seorang awam yang bak musafir yang senantiasa merindukan Air Hidup di padang pasir nan tandus walau hanya setetes.

Telah terbit buku “Misteri Romantika Ilahi” karya NSM

Comments

comments